Langsung ke konten utama

Abu Musa Al Asy'ari, Abu Hasan Al Asyar'i dan KH. Hasyim Asy'ari

Mengaku Ahlussunnah Wal Jamaah tapi Tak Tau Bagaimana Sejarahnya?

Jangan Sampe Salah !!! Antara


Abu Musa Al Asy'ari, Abu Hasan Al Asyar'i dan KH. Hasyim Asy'ari

    

    Perkataan Ahlusunnah Wal Jamaah yang akrab disebut Ahlus Sunnah atau Sunny saja dan terkadang disebut 'Asyari atau 'Asyariah yang dimana nama ini dinisbatkan kepada guru besarnya yang pertama yaitu Abu Hasan 'Ali Al-Asy'ari, Beliau memiliki nama lengkap Abu Hasan 'Ali bin Ismail bin Abi Basyar, Ishak bin Salim, bin Ismail, bin Abdillah, bin Musa, bin Abi Buraah bin Abu Musa Al- Asy'ari. Penganut Sunni yang sama juga adalah Abu Mansur Al Maturiddi atau biasa disebut dengan Maturidiah (akan dibahas pada kesempatan lain).       

    Abu Musa ini seorang sahabat Nabi yang terkenal dalam sejarah Islam terutama ketika terjadinya peristiwa Tahkim (arbitrase  antara tahun 656M-661M) Konflik Antara Ali dan Muawiyah. Tentang Abu Musa Al As'ari akan saya bahas pada kesempatan lain.

     Dimana Abu Hasan al Asyari merupakan penganut faham Mu'tazilah selama puluhan tahun akan tetapi keluar dari Faham Mu'tazilah dan membentuk suatu golongan yang bernama Ahlussunnah Wal Jama'ah, hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap kelompok Mu'tazilah yang dilihat oleh Abu Hasan Al Asyari sangat banyak kesalahan besar yang bertentangan dengan i'tiqad dan kepercayaan Nabi Muhammad Saw., sahabat-sahabat serta Al Quran dan Hadits. 

    Abu Hasan Al Asyari lahir di Bashrah (Irak) pada tahun 260 H, yakni 55 tahun setelah meninggalnya Imam As Syafi'i r.a dan meninggal di Bashrah juga pada pada tahun 324 H, dalam usia 64 tahun. Pada mulanya ia adalah seorang murid dari bapak tirinya yang merupakan seorang ulama besar kaum Mu'tazilah yaitu Syaikh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al Jabai (Wafat tahun 303 H, tetapi ini bukan Muhammad Bin Abdul Wahab pembangun mazhab Wahabi di Nejdi 1115 H-1206 H), tetapi dia bertobat dan keluar dari golongan Mu'tazilah itu.

    Pada abad ke-3 H banyak sekali ulama Mu'tazilah mengajar di Bashrah, Kuffah dan Baghdad. Ada tiga khalifah Abbasyiah, yaitu Makmun bin Harun Ar Rasyid (198-218 H), Al Mu'tasim (218-227 H), dan Al-Watsiq (227-232 H). Mereka semua adalah Khalifah-khalifah penganut faham Mu'tazilah atau sekurangnya penyokong yang utama dari golongan Mu'tazilah. Dalam Sejarah dinyatakan bahwa pada zaman itu terjadilah apa yang dinamakan "Fitnah Qur'an Makhluk" yang mengorbankan ribuan ulama yang tidak sefaham dengan kaum Mu'tazilah. 

    Imam Abu Hasan merupakan seorang pemuda yang belajar kepada seorang syaikh Mu'tazilah yang bernama Muhammad BIn Abdul Wahhab Al Jabai (bukan Muhammad bin Abdul Wahhab pembangun Mazhab Wahabi di Nejdi), namun seiring waktu Imam Abu Hasan melihat banyak sekali kejanggalan serta kesalahan-kesalahan besar yang bertenangan dengan I'tiqad dan kepercayaan Nabi Muhammad Saw., Sahabat dan yang ada dalam Al Quran dan Hadits. berdasarkan itu Imam Abu Hasan keluar dari Mu'tazilah dan berusaha menjadai terdepan dalam menentang Kaum Mu'tazilah. 

    Pada suatu ketika Imam Abu Hasan berpidato dengan pidato yang begitu membara yang mengungkapkan bahwa dirinya keluar dan bertobat dari faham Mu'tazilah kemudian melempar jubahnya untuk menyimbolkan bahwa ia keluar dari Mu'tazilah sebagaimana ia melepas jubahnya dan melemparkannya dan senantiasa akan menentang faham Mu'tazilah. Sejak itulah Imam Abu Hasan terus melawan Mu'tazilah secara lisan maupun tulisan, dengan mengumpulkan dalil-dalil al Quran dan Hadis yang sesuai dengan I'tiqad Nabi, Sahabat serta merincinya sebaik-baiknya.

    Sedangkan KH. Hasyim Asy'ari merupakan tokoh yang sangat kharismatik dan memiliki keilmuan yang luas,  KH. Hasyim Asy'ari dilahirkan di Jombang pada tanggal 10 April 1875 M dan meninggal dunia di Jombang 25 Juli 1947 M. Kehidupan beliau dipenuhi dengan perjuangan, bahkan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan beliau. KH. Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama besar yang dimiliki Indonesia yang membangun sebuah organisasi besar yang biasa dikenal dengan NU (Nahdhatul Ulama) pada tanggal 31 Januari 1926, dimana pengikutnya tersebar luas di Indonesia terutama di pulau Jawa, Nahdhatul Ulama artinya "Kebangkitan Ulama". Diantara para tokoh yang berjuang membangun NU adalah KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisyri Syamsuri, KH. Ma'shum Lasem dan beberapa kiyai lainnya.

   Nahdhatul Ulama berperan dalam berbagai bidang, yaitu pendidikan, dakwah dan sosial. NU memiliki banyak pondok psantren yang tersebar di Indonesia seperti: Pesantren Tebu Ireng Jombang, Pesantren Kediri, Pesantren Ploso Kediri, Pesantren Kajeng Pati, Pesantren Peterongan Jombang, Pesantren Asembagus Situbondo dan masih banyak lainnya.

   Nahdhatul Ulama adalah salah satu organisasi terbesar di Indonesia yang menganut faham yang dibawa oleh Abu Hasan Al Asy'ari yang merupakan pendiri  ASWAJA (Ashlussunnah Wal Jama'ah). Apa saja inti-inti pemahaman Ahlussunnah Wal Jama'ah? InsyaAllah akan di bahas pada kesempatan lain.

     Demikian Alhamdulillah.... Sudah tau bedanya kan ? Jadi, Pendiri Ahlussunnah Wal Jama'ah Adalah Abu Hasan Al Asy'ari sedangkan K.H. Hasyim Asy'ari adalah pendiri Organisasi NU (Nahdhatul Ulama) yang ada di Indonesia. Jadi jangan sampai salah, Jadi tulisan ini saya bagikan karena masih banyak orang awam yang bingung terkait pendiri Aswaja, bahkan ada yang mengatakan pendirinya adalah KH. Hasyim Asy'ari. Jadi jelaskan... Semoga tulisan ini dapat bermanfaat ya... Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Pendidikan, Dasar, Tujuan, Tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangatpenting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yangmembermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertianpengertianyang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan oprasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan Islam mengandung makna nternalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tu

KONSEP MANUSIA DALAM HUMANISME DAN AL-QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang. Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya . Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah ini akan memb

Pengertian Pendidik

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam mempelajari   keguruan maka kita tidak akan terlepas dari pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan komponen yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya terutama pendidik sangat mempunyai peran penting di dalamnya. D engan pendidik tersebut , dunia kependidikan dapat menciptakan generasi-generasi yang intelektual. Ketika kita berbicara tentang pendidik, maka kita tidak akan terlepas dengan kompetensi dan kualifikasi yang harus ada dalam pendidik tersebut. Dengan adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, maka secara tidak langsung seorang pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi ilmu yang sesuai dengan keahliannya. Sehingga dalam makalah ini kami akan memaparkan materi tentang pendidik, apa saja kempetensi-kompetensi dan kualifikasinya. B.      Rumusan Masalah 1.       Apakah pengertian pendidik ? 2.       Apa saja kompetensi-kompetensi yang di miliki oleh pen