Perkembangan dunia modernisasi saat ini ditandai dengan munculnya berbagai teknologi yang semakin memanjakan manusia seperti sosial media, robotik, artificial intelligence (AI) dan lainnya menjadi sebuah tantangan baru bagi umat manusia misalnya pengurangan peran manusia dalam berbagai bidang industri. Dengan perkembangan tersebut menjadikan manusia semakin tertekan dengan berkurang serta menyempitnya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosial yang berkelanjutan.
Namun apakah manusia harus senantiasa berpaku tangan dengan keadaan tersebut?, atau malah hanya memasrahkan diri kepada Allah Swt tanpa ada aksi?
Islam sebagai agama rahmat lil 'alamin tentunya bukan hanya sekedar keyakinan semata, namun Islam hadir sebagai nilai norma, ideologi yang akan membangkitkan semangat manusia dalam menjalani hidup.
Dalam Islam ada beberapa istilah yang digunakan dalam menyebut manusia yaitu Al-Insan, An-Nas, Al-Basyar, Ibnu Adam. Semua istilah tersebut menyangkut kehidupan manusia yang memiliki intuisi secara personal, berkelompok atau bermasyarakat, beregenerasi, berperadaban bahkan mampu mengintegrasikan alam materi dengan non materi.
Dalam konteks Al-Basyar, manusia adalah makhluk biologis yang terdiri dari jasad dan bagian-bagiannya yang tentunya membutuhkan sandang, papan dan pangan untuk menopang kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu Allah Swt menyebut manusia dengan kata Al-Basyar sebagai bentuk manusia tidak mungkin menafikan kebutuhan mereka di dunia ini. Oleh sebab itu Islam dalam nilai-nilai yang dikandungnya memberikan support sistem yang menunjukkan bahwa manusia tidak boleh berpangku tangan bahkan bermalas-malasan dalam mengarungi kompetisi kehidupan dunia modern yang dirasa semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Hal yang paling utama yang harus dimiliki manusia dalam berkompetisi di dunia ini adalah:
1. Ilmu
Ilmu menjadi sebuah gerbang untuk mencapai tujuan yang diharapkan baik tujuan duniawi maupun ukhrawi. Faktanya setiap aspek aktivitas manusia di dunia ini dimulai dengan pengetahuan atau dalam Islam disebut dengan Ilmu. Dalam Islam menuntut ilmu sangat diwajibkan, bahkan mengecam kaum muslimin yang melalaikan untuk menuntut Ilmu. Memang para ulama membagi ilmu, secara umum ilmu terbagi menjadi dua yaitu ilmu agama dan ilmu dunia. Kendati demikian dalam mengarungi kehidupan ini dibutuhkan suatu ilmu. Misalnya jika seseorang ingin manjadi dokter maka dia menjalani sekolah kedokteran, jika seseorang ingin menjadi seorang pengusaha maka dia belajar untuk mendapatkan ilmu tentang usaha baik secara langsung maupun dari pengalaman. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: "barang siapa yang menginginkan duniawi maka wajib baginya memiliki ilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka wajib baginya memiliki ilmu dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu" (H.R. Umar Bin Abdul Aziz).
Oleh sebab itu hal yang peling mendasar yang menjadi modal survive dalam mengarungi kehidupan yang kompetitif ini adalah ilmu.
2. Girah Kerja Sebagai Ibadah
Dalam Al-Quran sebagaimana yang telah diulas di atas menyebut manusia dengan istilah Al- Basyar menunjukkan keberadaan manusia secara fisiologis yang membutuhkan materi untuk menunjang hidupnya. Dalam konteks ini bekerja adalah suatu aktivitas guna menunjang eksistensi basyariah. Merujuk pada Al-Quran yang berfungsi sebagai pedoman umat Islam, Allah Swt berfirman:
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: "Dan katakanlah: "bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S At-Taubah: 105)
Dari ayat di atas dapat kita simpulkan setiap muslim diperintahkan untuk bekerja untuk menunjang hidupnya. Tidak hanya itu kandungan ayat di atas menunjukkan etos kerja seorang muslim yang harus senantiasa bekerja dengan telaten dan disiplin sebab pekerjaan itu bukan hanya diawasi oleh seorang tuan namun diawasi Allah Swt dan Rasulullah akan melihat apa yang kita kerjakan. Sehingga seandainya seorang muslim mengedepankan etos kerja yang mengedepankan keimanan maka pekerjaannya akan senantiasa maksimal. Tidak hanya itu Allah menegaskan di dalam surah An- Naba' ayat 11 "dan kami jadikan waktu siang itu untuk mencari penghidupan" bahwa sejatinya siang dijadikan Allah untuk mencari penghidupan guna menunjang basyariah.
Merujuk lebih dalam lagi Allah Swt menegaskan kepada orang yang beriman bahwa disamping kita diciptakan untuk mencari bekal di akhirat namun Allah menegaskan untuk tidak melupakan bagian kita di dunia, Allah Swt berfirman dalam Al-Quran Surah Al- Qasas: 77 yang artinya : "Carilah negeri akhirat pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu di dunia". Bekerja dalam pandangan Islam memiliki keutamaan tersendiri serta fadhilah yang besar, Rasulullah Saw menerangkan dalam beberapa haditsnya menerangkan bahwa seseorang yang bekerja dengan niat karena Allah maka sesungguhnya ia sedang berjihad di medan perang, seandainya ia mati ketika sedang mencari nafkah hidup maka matinya sama dengan mati syahid. Dalam Ihya karangan Imam Al Ghazali menerangkan "barang siapa yang mencari dunia (bekerja) dengan halal, tidak meminta-minta, bersedekah kepada keluarganya dan menyayangi sesama maka ia akan bertemu dengan Allah di Akhirat kelak dengan wajah yang berseri-seri bagaikan bulan purnama".
3. Berusaha Teriring Doa
Dalam menjalani kehidupan yang kompetitif ini dengan berbagai potensi yang telah Allah anugerahkan kepada kita seperti akal, fisik dan lainnya yang menunjang aktivitas produktif secara maksimal. Aktivitas mencari rizki Allah bukan hanya melalui doa saja namun usaha diiringi doa sebab disamping keimanan yang kita tanamkan akan berbuah manis ketika diiringi dengan usaha. Umar bin Khattab menyebutkan dalam kutipan kitab Ihya "Janganlah diantara kalian untuk berhenti untuk mencari rizki, dan berkata : ya tuhanku berilah aku rizki, sebab kalian tahu langi tidak menurunkan hujan emas dan perak". Ungkapan sang amirul mukminin ini menegaskan kepada kita bahwa bukan hanya sekedar berdoa namun usaha maksimal perlu dilakukan untuk mendapatkan rizki yang Allah sediakan bagi makhluknya. Ketika usaha telah dilakukan secara maksimal maka berserah dirilah kepada Allah serta jangan pernah berputus asa dalam meraih rizki yang diridhoi Allah Swt. Namun perlu digaris bawahi bahwa jangan sampai aktivitas mencari rizki Allah melalaikan kita untuk menyembah kepada Allah, sebab ibadah tetap menjadi prioritas karna dalam surah Al Fatihah ayat 5 menyebutkan bahwa beribadah lebih dahulu kemudian memohon pertolongan kepada Allah serta teriring usaha.
4. Mulailah dengan Niat yang Tepat
Dalam memulai aktivitas di era kompetitif ini tentunya harus dimulai dengan niat yang lurus sebab sebagai seorang muslim niat menjadi pondasi awal dalam segala aktivitas terlebih berniat dalam berusaha atau bekerja semata-mata menjalankan perintah Allah sebagaimana beberapa ayat yang telah disinggung di atas memerintahkan kita untuk bekerja. Perkara niat banyak sekali dijelaskan oleh para ulama dan yang paling populer adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim "Segala amal perbuatan tergantung niatnya..."
Demikianlah beberapa bekal fundamental yang perlu kita ketahui dalam mengarungi hidup era modernisasi yang kompetitif, dengan beberapa bekal di atas dapat kita jadikan pedoman agar tidak terjerumus dalam lembah hitam yang tidak diridhoi Allah Swt dalam menjalani hidup yang penuh persaingan. Semoga Allah menunjukkan kita jalan keluar serta meridhoi niat baik kita selama hidup di dunia ini....
Amin Yaa Robbal 'Alamin....
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik, bijak dan konstruktif !