Langsung ke konten utama

"NU Liberal" Oleh Mujamil Qomar

NU LIBERAl

Mujamil Qomar, Nu Liberal "Dari Tradisionalisme Ahlussunnah Ke Universalisme Islam" (Bandung: IKAPI, 2002)

 

        Pada kesempatan ini saya sedikit mengulas sebuah buku yang berjudul "NU Liberal, Dari Tradisionalisme Ahlussunnah Ke Universalisme Islam". Menurut saya buku ini sangat menarik untuk dielabolari untuk menepis stigma "NU Tradisionalism" dan "MU Reformis".

       Azyumardi Azra menulis dalam sebuah pengantar pada buku yang ditulis oleh  Mujamil Qomar yang berjudul NU Liberal yang esensinya adalah menjawab persepsi terhadap ahli tradisionalis (NU) vs ahli modernis (MU). NU dipandang sebagai kelompok masyarakat yang cendrung konservatif sedangkan MU dipandang sebagai masyarakat reformis. Hal ini disebabkan kelangkaan karya-karya ilmiah Barat yang serius mengkaji ormas terbesar di Nusantara ini kecendrungan mispersepsi dalam memandang organisasi tersebut. Azyumardi menyebutkan literatur yang paling pertama dengan berbahasa Inggris yang menyoroti NU secara komprehensif menurut Abdurrahman Wahid adalah buku yang di edit oleh Greg Fealy bersama Greg Barton  yang berjudul Nahdhatul Ulama: Traditional Islam and Modernity in Indonesia.  

    Munculnya Ulama-Ulama NU yang cendrung memiliki pemikiran yang liberal dalam artian cendrung berbeda dari para ulama pendahulu NU sebagai fakta bahwa NU sudah mulai mengarah pada kedinamisan sehingga stigma NU tradisionalis yang cendrung konservatif menjaga kebudayaan dan tidak mau keluar dari tradisi keberagamaan yang kental akan ke NUan menjadi terbantahkan. Menurut Azyumardi Azra, munculnya fenomena baru dikalangan Nahdhiyyin ini dengan pemikiran liberal disebabkan tokoh-tokoh yang memiliki dua basis pendidikan yaitu pendidikan pesantren yang banyak melakukan kajian pada literatur klasik di samping itu basis pendidikan di perguruan tinggi yang memperkenalkan metodologi ilmiah termasuk pengembangan wawasan pada pihak lain. Dengan kedua basis itu menurut Azyumardi mereka dapat melakukan kombinasi khazanah intelektual antara pesantren dan perguruan tinggi secara longgar dan dinamis. 

  Buku yang ditulis oleh Mujamil Qomar ini mencoba menjawab stigma-stigma tradisionalis konservatif yang disematkan pada NU. Hal ini dibuktikan dengan munculnya tokoh-tokoh NU yang memiliki gagasan pembaharuan seperti K.H. Abdurrahman Wahid pasca terpilihnya menjadi Presiden ke 4 di Indonesia menjadi sebuah batu loncatan yang begitu drastis dengan sikap toleransi yang dijunjung tinggi dan melindungi minoritas sehingga kalangan NU menjadi sorotan, tidak hanya itu Prof. Dr. Said Agil Sirodj dengan pemikiran-pemikiran yang cendrung bertolak belakang dengan kebanyakan ulama NU yang konservatif juga tidak luput dari para akademisi.

    Ada empat persoalan yang ingin dijawab dalam buku ini menurut Azyumardi Azra dianataranya yaitu; Guna menjawab jenis-jenis pemikiran yang dilontarkan cendikiawan NU dalam lingkup sosial keagamaan dengan tekanan pemberdayaan wawasan umat; Menjawab liberalisasi pemikiran cendikiawan NU ditinjau dari perspektif tradisi pemikiran NU yang diukur dari tradisi pemikiran pesantren (Ulama NU); menjawab tipologi pemikiran cendikiawan NU; Untuk menjawab implikasi pemikiran cendikiawan NU terhadap perubahan wawasan warganya. Hasil dari beberapa persoalan itu mampu dijawab dengan buku Mujamil Qomar ini "NU Liberal". 

    Kalangan tokoh NU telah mengambangkan pemikiran yang liberal dan modern dalam menghadapi tantangan modernisasi. Banyak gagasan para cendikiawan NU yang dikaji terlihat dalam batas tertentu keluar dari tradisi pemikiran NU. Akibatnya mereka diadili oleh para kiyai konservatif. Seperti Gus Dur (Abdurrahman Wahid), Said Agiel Siradj, dan Masdar Farid Mas'udi dikenal luas memeiliki keberanian melontarkan pemikiran-pemikiran liberal (berlawanan dengan tradisi Nu).  Namun di samping itu implikasi dari pemikiran-pemikiran liberal itu dapat menumbuhkan iklim intelektual yang subur di kalangan angkatan Muda NU. Mereka mendapatkan momentum kuat untuk mengembangkan wawasan yang luas dan pikiran yang progresif. Menurut Azyumardi dengan munculnya fenomena baru itu dapat menunjukkan kemampuan tokoh NU untuk menampilkan pemikiran yang adaptif dan responsif terhadap tuntutan zaman. Realitas itu sekaligus menjadi indikator bahwa penilaian tradisionalisme yang disematkan pada NU semakin tidak relevan lagi.

    Buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh kalangan muda NU guna menumbuhkan jiwa intelektual yang responsif pada perkembangan zaman. Lebih jelasnya isi buku dan hal-hal yang menarik disajikannya silahkan baca Mujamil Qomar, Nu Liberal "Dari Tradisionalisme Ahlussunnah Ke Universalisme Islam" (Bandung: IKAPI, 2002).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Pendidikan, Dasar, Tujuan, Tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangatpenting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yangmembermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertianpengertianyang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan oprasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan Islam mengandung makna nternalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tu

KONSEP MANUSIA DALAM HUMANISME DAN AL-QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang. Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya . Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah ini akan memb

Pengertian Pendidik

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam mempelajari   keguruan maka kita tidak akan terlepas dari pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan komponen yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya terutama pendidik sangat mempunyai peran penting di dalamnya. D engan pendidik tersebut , dunia kependidikan dapat menciptakan generasi-generasi yang intelektual. Ketika kita berbicara tentang pendidik, maka kita tidak akan terlepas dengan kompetensi dan kualifikasi yang harus ada dalam pendidik tersebut. Dengan adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, maka secara tidak langsung seorang pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi ilmu yang sesuai dengan keahliannya. Sehingga dalam makalah ini kami akan memaparkan materi tentang pendidik, apa saja kempetensi-kompetensi dan kualifikasinya. B.      Rumusan Masalah 1.       Apakah pengertian pendidik ? 2.       Apa saja kompetensi-kompetensi yang di miliki oleh pen