Langsung ke konten utama

Fazlur Rahman


FAZLUR RAHMAN

Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919, di daerah Hazara, (anak benua India) yang saat ini terletak di sebelah barat laut Pakistan. Ia wafat pada tangeal 26 Juli 1988, di Chicago, Illinois[1].’ Pendidikannya dimulai sejak kecil dari lingkungan keluarga yang taat beragama. Ayahnya bernama Maulana Sahab al-Din, adalah seorang alim terkenal lulusan Douband. Ayahnya memerhatikan Fazlur Rahman dalam hal mengaji dan menghafal Al-Quran, sehingga ia hafal Al Quran seluruhnya pada usia 10 tahun. Watak dan kepribadian Fazlur Rahman untuk dapat menghadapi kehidupan nyata dibentuk dari pendiidikan di lingkungan keluarganya yang efektif.[2]  Dalam hal ini ia benar-benar dibekali oleh Keluarganya untuk pembentukan pribadi yang tangguh dalan menghadapi kenyataan hidup sehari-hari dengan berbekal Al Quran sebagai pedomannya. Menurut Fazlur Rahman, ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter dan kedalaman keagamaannya. Ketekunan ayahnya dalam mengajarkan ilmu agama kepadanya dirumah merupakan faktor terpenting. Sang ayah mendidiknya penuh disiplin, sehingga dia mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan peradaban dunia modern, Sedangkan kejujuran, kasih sayang dan kecintaan sepenuh hati ia dapatkan dari pengajaran ibunya.[3] Selain menghafal Al-Quran, Fazlur Rahman juga mempelajari berbagai disiplin ilmu diantaranya ilmu retorika, bahasa Persia, bahasa Arab, sastra, filsafat, logika, kalam, fikih, tafsir dan hadits. Segala bentuk didikan dari kedua orang tua Fazlur Rahman, menjadikan ia mampu menjalani kehidupan dengan baik serta mampu menghadapi segala kenyataan baik dan buruk yang muncul dalam kehidupannya sehari-hari

     Fazlur Rahman, mendukung teformasi pemerintah Islam dan pernah menjadi: penasihat jabatan negara. Selama mengajar di Universitas, Chicago, dengan posisinya sebagai seorang Muslim modernis, Fazlur Rahman telah berkontribusi banyak kepada para ilmuwan Muslim generasi setelahnya. Bentuk kontribusi yang ia lakukan adalah memberikan kepercayaan diri, baik melalui dakwah, publikasi, konsultasi, maupun pengkaderan ilmuan muslim muda dari berbagai penjuru negara yang belajar dibawah bimbingannya. Selain menjadi pengajar di Universitas Chicago Fazlur Rahman juga seringkali diminta oleh berbagai pusat / studi terkemuka di Barat untuk memberi kuliah umum atau partisipasi dalam seminar-seminar Internasional Yang berkaitan dengan keIslaman

Pada, tahun 1981, Fazlur Rahman pernah diminta untuk memberikan kuliah tentang sikap Islam terhadap agama Yahudi oleh pusat studi Yahudi Universitas Connecticut di Strorrs. Ia adalah Muslim pertama yang pernah menjadi staf pada Dignity School Universitas Chicago. Selain itu, ia sebagai orang muslim pertama yang pernah dianugerahi medali Giorgio Levi della Vida, sebuah penghargaan yang sangat prestisius untuk studi peradaban Islam.[4] Kritik Fazlur Rahman terhadap khazanah keilmuan klasik Barat dan Islam pada akhirnya semakin menegaskan posisinya sebagai tokoh muslim neo-modernisme. Setelah diusir dari negara asalnya Pakistan, karena dianggap melawan arus dengan pemikiran-pemikiran yang dianggap liberal, ia hidup lama di Amerika. Menurutnya, kaum muslimin harus mengkaji dunia Barat beserta gagasannya secara mendalam, kritis dan objektif supaya tidak gagal dalam merighadapi dunia modern.[5] Dalam hal ini tugas utama masyarakat Islam, yaitu: melaksanakan perkembangan metode-metode yang tepat dan masuk akal dalam mempelajari Kalam ilahi dengan manfaat agar memperoleh petunjuk dan arah bagi masadepan umat Islam

Pada tahun 1960an Fazlur Rahman kembali ke Pakistan selama beberapa waktu. Ia menjabat sebagai staf senior di Institute of Islamic Research. Di Pakistan dia aktif menyuarakan gagasan dan pemikirannya. Ia menjadi sangat kritis terhadap pemikirian keagamaan para modernis pendahulunya, khususnya kalangan fundamentalis dan tradisionialis.

   Kritik Fazlur Rahman semakin pedas ketika ia menyuarakan pandangannya tentang  definisi “Islam” Pakistan khususnya terhadap pandangan kaum fundamentalis dan tradisionalis. Pandangan Fazlur Rahman tentang Al Qur'an, hadits dan hukum-hukum atas berbagai masalah, menimbulkan gejolak kontroversi yang berkepanjangan dan berskala nasional di negara Pakistan. Puncak dari kontraversinya adalah ketika ia menyatakan bahwa AlQur'an adalah firman Tuhan, dalam arti kata yang biasa, juga seluruhnya adalah perkataan Muhammad

PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

Pemikiran Fazlur Rahman berbicara tentang aspek fundamental dalam pendidikan, antara lain tentang dasar pemikiran pendidikan Islam, strategi pendidikan Islam, dan lain sebagainya.

Dasar Pemikiran Pendidikan  Pemikiran Fazlur Rahman dibangun atas pemahamannya yang mendalam tentang khazanah intelektual Islam masa klasik untuk ditemukan spiritnya guna memecahkan berbagai problematika kehidupan modern.  Melalui kajian yang dilakukan terhadap berbagai literatur klasik, Fazlur Rahman memperkenalkan pemikiran dan gagasannya tentang pembaharuan pendidikan. Menurutnya, pembaharuan pendidikan Islam dapat dilakukan dengan menerima pendidikan sekuler modern kemudian berusaha memasukinya dengan konsep-konsep Islam. Dalam buku Abudin Nata menyebutkan usaha pembaharuan pendidikan Islam ini dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut[6]

1.      Membangkitkan ideologi umat Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan pentingnya belajar

2.      Berusaha mengikis dualisme pada sistem pendidikan umat Islam. Pada satu sisi ada pendidikan tradisional (agama), dan pada sisi lain, ada pendidikan modern (sekuler). Karena itu, perlu ada upaya pengintegrasian diantara keduanya

3.      Menyadari urgensinya Bahasa dalam dunia pendidikan, sekaligus sebagai media untuk mengeluarkan gagasan-gagasan yang orisinil. Bahkan, ia mengatakan bahwa saat ini umat Islam ialah masyarakat tanpa bahasa.

4.      Pembaharuan pada bidang metode pendidikan Islam, yaitu beralih pada metode menghafal dan mengulang-ulang pembelajaran ke metode menganalisis dan memahami.

Menurut Helva yang dikutif oleh Elvi ada dua macam program jangka pendek dalam melakukan pembaharuan pendidikan yaitu dengan menciptakan orientasi yang berbasis politik Islam yang asli dan menciptakan iklim intelektualisme sebagai langkah awal Islam pada seluruh aspek kehidupan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pembaharuan dalam pendidikan Islam, harus tetap menerima pendidikan modern (sekuler) yang kemudian dilakukan sebuah analisis terlebih dahulu kemudian berusaha menginternalisasikan konsep-konsep pendidikan Islam pada pendidikan modern (skuler).[7]

Pengertian Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman mencakup dua pengertian besar. Pertama, dalam pengertian praktis, ialah pendidikan yang diselenggarakan di dunia Islam yang dimulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kedua, pendidikan Islam dalam artian intelektualisme Islam, seperti yang diselenggarakan di perguruan tinggi. Selain itu Fazlur Rahman memahami pendidikan Islam sebagai sebuah proses dalam menghasilkan manusia integrative yang padanya terkumpul sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur dan sebagainya.

Dari segi tujuannya Fazlur Rahman memandang bahwa Pendidikan Islam Bertujuan untuk mengembangkan manusia sehingga semua pengetahuan yang didapatkanya akan menyatu pada keseluruhan pribadi yang kreatif yang memungkinkan manusia mampu memanfaatkan sumber daya alam untuk kemaslahatan manusia. Ditambah lagi tujuan dari pendidikan Islam ialah menekankan pada aspek moral yaitu menanamkan nilai-nilai moralitas.

Dari segi strategi dalam pendidikan Islam Fazlur Rahman berpendapat cenderung bersifat defensive, artinya hanya melakukan penyelamatan pada pemikiran umat Islam dari kesusahan dan kerusakan yang timbul akibat ide dan gagasan yang berasal dari barat yang hadir dalam berbagai disiplin ilmu utamanya ide-ide yang mengarah pada pengikisan moralitas Islam. Dalam kondisi yang bersifat spiritual, kecendrungan strategi pendidikan Islam yang berkembang di seluruh dunia Islam bersifat mekanis. Sehingga hal ini berimplikasi pada munculnya golongan (firqoh) yang melakukan penolakan segala hal yang berbau dunia barat. Bahkan sampai pada hal halal haram, seperti mengharamkan untuk mengambil ilmu dan teknologi dari dunia Barat. Maka Fazlur Rahman berpendapat seharusnya tujuan pendidikan yang bersifat defensif itu harus dirubah menjadi pendidikan yang berorientasii pada dunia dan akhirat. [8]


  • [1] Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam Studi Tentang Fundamentalis Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 1.
  • [2] Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 315.
  • [3] Ibid., 316.
  • [4] Adb. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadlarah Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 216.
  • [5] Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LkiS Group, 2010), 90.
  • [6] Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat,… 319.
  • [7] Evi Fatimatur Rusydiyah, Aliran Dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama Islam Kontemporer (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2019), 42.
  • [8] Ibid., 44.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Pendidikan, Dasar, Tujuan, Tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangatpenting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yangmembermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertianpengertianyang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan oprasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan Islam mengandung makna nternalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tu

KONSEP MANUSIA DALAM HUMANISME DAN AL-QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang. Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya . Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah ini akan memb

Pengertian Pendidik

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam mempelajari   keguruan maka kita tidak akan terlepas dari pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan komponen yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya terutama pendidik sangat mempunyai peran penting di dalamnya. D engan pendidik tersebut , dunia kependidikan dapat menciptakan generasi-generasi yang intelektual. Ketika kita berbicara tentang pendidik, maka kita tidak akan terlepas dengan kompetensi dan kualifikasi yang harus ada dalam pendidik tersebut. Dengan adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, maka secara tidak langsung seorang pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi ilmu yang sesuai dengan keahliannya. Sehingga dalam makalah ini kami akan memaparkan materi tentang pendidik, apa saja kempetensi-kompetensi dan kualifikasinya. B.      Rumusan Masalah 1.       Apakah pengertian pendidik ? 2.       Apa saja kompetensi-kompetensi yang di miliki oleh pen