Waktu terus berputar dan zaman terus
berkembang dengan berbagai teknologi dan informasi yang tiada henti terus
memanjakan manusia pada zaman modern ini. Disamping memberikan dampak positif
bagi manusia dari segala aspek namun juga memiliki dampak negatif yang
dapat merusak manusia itu sendiri. Tantangan umat Islam datang melalui masa
depan, tidak dapat dipungkiri perkembangan yang begitu pesat membawa pengaruh
yang begitu signifikan bagi kehidupan manusia.
Digital teknologi misalnya memanjakan segala
aspek kehidupan manusia modern, sehingga hal ini disamping membawa kemudahan
namun menjadi sebuah kehancuran jika tidak digunakan dengan bijak seperti
penipuan, jual beli obat terlarang melalui media online, prostitusi,
penyebaran hoaks, terorisme dan lain sebagainya. Johan Wikileaks
mengatakan siapapun yang menguasai teknologi dan unggul dalam mengontrol
persepsi publik akan menjadi pemenang. (Kompas: 28 September, 2017:7). Ditambah
lagi modernisasi bukan hanya memanjakan manusia, namun juga menggantikan
manusia sebagai pekerja di berbagai sektor yang mengakibatkan kurangnya
lapangan pekerjaan sehingga manusia banyak yang menganggur dan melakukan
kriminal guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebagaimana
diungkapkan oleh Abudin Nata Kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) yang kemampuannya melebihi batas kemampuan manusia
dan juga dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dapat menggantikan
eksistensi manusia (Abudin Nata, 2022: 34). Dengan demikian manusia di
tuntut agar senantiasa mengupgrade kualitas diri agar menjadi manusia yang
mampu bersaing dalam dunia modern jika tidak maka hal itu akan menghilangkan
peran dan fungsi manusia.
Ditambah lagi Akulturasi budaya
barat dan Islam melalui arus komunikasi digital yang begitu cepat berimplikasi
pada gaya hidup masyarakat pada umumnya yang bersifat materi. Faktanya
manusia modern menurut Azyumardi Azra dalam bukunya Abudin Nata (2022: 34)
telah mengalami disorientasi (kehilangan arah), dislocation (kehilangan
pijakan dan disruption (kekacaubalauan). Disamping itu
Fazlurrahman menyebutkan masyarakat modrenis lebih condong pada sifat
materialistis. Sebagaimana kita amati pada masa kini budaya barat seakan-akan
menjadi panutan bagi manusia pada umumnya, perkembangan fashion, pola fikir,
gaya bahasa, dan lain sebagainya. Hal ini berdampak pada sikap manusia dari
berbagai aspek, seperti sosial misalnya tidak adanya rasa simpati dan empati
karena tidak ada keuntungan materi yang didapatkannya. Kesenjangan sosial
akibat dari moderenisasi membatasi aktivitas manusia karena diukur dengan
materi sebagaimana nilai-nilai Islam untuk senantiasa saling menolong dalam
ketakwaan, "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan
ketakwaan, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran" (Q.s Al Maidah: 2).
Modernisasi juga
mengakibatkan tersesatnya manusia pada hakikat penciptaannya sebagai
khalifah di bumi, "Aku tidak menciptakan manusia melainkan untuk
menyembah kepadaku" (Q.s Az Zariat: 56). ditinjau
dari segi ayat ini manusia merupakan makhluk yang seharusnya mengabdikan
dirinya hanya untuk beribadah kepada sang khalik, namun kenyataannya mereka
sibuk dengan dunia yang tiada harganya seperti sayap nyamuk sebagaimana sabda
Rasulullah Saw Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ
الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
Artinya: “Seandainya
dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah
tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir”
(HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
ISLAM DAN Al QURAN
Islam adalah agama yang membawa kita
kepada keselamatan sebagaimana arti kata Islam itu sendiri yang berasal dari
kata salama, yusalimu, islaman yang memiliki arti selamat.
Disebut sebagai agama yang menuntun manusia pada keselamat karena dalam Islam
manusia diatur dengan syariat Allah dan Nabi Muhammad Saw yang merupakan utusan
tuhan untuk membimbing serta mengarahkan manusia kepada kebahagian,
keselamatan di dunia maupun di Akhirat. Seorang neo mernisme Islam Fazlur
Rahman menegasakan segala permasalah manusia yang dihadapi di dunia ini tiada
lain solusinya adalah kembali kepada Al Quran (Zaprulkhan, 2014:151). Al Quran
adalah pedoman umat Islam dalam ngarungi lautan kehidupan yang bersifat absolut (tidak
terbatas) tidak lekang terkubur zaman dan waktu. Hakikatnya menurut penulis
segala permasalahan yang dihadapi manusia baik semenjak zaman klasik hingga
modern saat ini dapat terselesaikan dengan Al Quran.
Pada dasarnya jika Masyarakat Muslim
mengamalkan nilai-nilai keIslaman secara menyeluruh (kaffah) maka
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa modern dapat teratasi. Jika
kita melihat nilai-nilai keislaman yang begitu komprehensif mengatur kehidupan
manusia dari segala aspek seperti sosial, ekonomi, politik, budaya dan
pendidikan sudah di atur dan dijelaskan dalam Al Quran.
Sebagaimana Abudin Nata menjelaskan ilmu agama bersumber utama pada
ayat Al-Quran, Matan Al Hadits dan al Ra’yu (QS. An-Nisa [4]; 59).
Adapun ilmu alam (natural sciences) bersumber pada ayat-ayat
jagat raya (ayat al-kauniyah) (QS. Al-Baqarah, [2]: 164;
Al-Imran, [3]: 190, Al-Jaatsiyah [45]:3, Adz-Zariyat, [51]:20), ilmu-ilmu
sosial berasal dari ayat yang terdapat dalam diri manusia, yakni prilaku
kehidupannya, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya (QS. Fusshilat, [41]:53),
ilmu laduni berasal dari Allah Swt. Yang secara langsung diturunkan kepada hati
orang-orang yang dekat bersih jiwanya (QS. An-Nur, [24]:35), dan ilmu filsafat
berasal dari Allah Swt. melalui akal pikiran (QS. An-Nahl, [16]:78),
kebahagiaan hidup manusia dan agar manusia mendapatkan hidayah-Nya. (QS.
Al-Baqarah, [2]:3) Ditambah lagi produk para ahli tasawuf zaman klasik
seperti Imam Al Ghazali, Rabiatul Adawiah dan lain sebagainya
dengan doktrin tasawuf dalam Islam yang menempa hati
manusia agar tidak larut dalam sifat keduniaan seperti shabar, rela,
qona'ah, syukur, zuhud, tawakkal dan Hubb.
Tidak sampai disana, berbagai
pemikiran-pemikiran barat yang lebih menekankan pada berfikir rasional dimasa
kontemporer ini ikut mewarnai karakter berfikir masyarkat muslim modern. Oleh
karena itu Fazlur Rahman berpendapat agar umat Muslim tidak gagal dalam
menghadapi dunia modern maka umat harus mengkaji dunia barat beserta gagasannya
secara mendalam, kritis, dan objektif. Hakikatnya semakin banyak Ilmu yang
dimiliki seseorang maka akan semakin bertambah keyakinan dan komitmentnya
terhadap kebenaran dan mendekatkan kita kepada Allah bukan malah sebaliknya
semakin banyak ilmu yang telah dipelajari dan di kuasai malah semakin
menjauhkan kita dari Allah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Ad-Dailimi:
وَقَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنِ
ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدُهُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
(رواه الديلمي)
Artinya: "Barang siapa makin
bertambah pelajaran ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka ia akan makin
jauh dari Allah". (HR. Ad-Dailimi)
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa memperkuat keimanan kita dalam mengarungi kehidupan yang penuh ujian dan cobaan ini...
مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ
وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا
Artinya: "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi"
Referensi : https://tafsirweb.com/1611-surat-an-nisa-ayat-79.html
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik, bijak dan konstruktif !