بسم الله الرحمن الحيم
Al Quran adalah Kalam Allah Swt
yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw dan menjadi salah satu mu'jizat
kerasulan Muhammad Saw. Al Quran ini merupakan Kitab suci Umat islam yang
terkandung didalamnya berbagai unsur hukum dan kemahakuasaan Allah sebagai
informasi kepada manusia agar mereka menjadikan ia sebagai pelajaran,
peringatan serta pedoman dalam menapaki kehidupan dunia.
Keindahan Al Quran dari segi
keindahan bahasa merupakan suatu mukjizat yang tidak bisa dibantahkan oleh para
ahli bahasa namun disamping itu Al Quran tidak boleh disebut sebagai sebuah
puisi maupun syair meskipun ada yang membacanya secara berirama. Para Ahli
menyatakan bahwa Al Quran merupakan prosa berirama. Oleh karena itu bangsa Arab
Saat itu dikenal sebagai gudang para prnyair dan sastrawan yang tiada duanya
tidak mampu menandingi atau membuat semitsal satu ayat dalam Al Quran.
Disamping itu para ilmuan juga mengagumi keilmiahan Al Quran dalam membuktikan
kemukjizatannya hal ini terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan oleh para
ilmuan dalam mengungkap makna-makna ayat Al Quran yang membuat minat dan
perhatian mereka trus tertuju pada Al Quran terlebih lagi ketika Al Quran lebih
dahulu dapat membuktikan beberapa teknologi dan ilmu pengetahuan terkini.[1]
Salah
satu dari pembuktian Keilmiahan Al Quran yang sempat dibuktikan pada diri
manusia yaitu prihal sidik jari. Dimana kita ketahui manusia pada saat ini
sebagaimana saya kutip dari United Nation berjumlah 7,9 miliar jiwa yang sudah
memadati bumi.[2]
Namun dari jumlah itu sidik jari yang dimiliki individunya beragam dan unik
serta tidak memiliki kesamaan. Keunikan sidik jari ini ditemukan oleh seorang
ilmuan Muslim yang bernama Rasyid Al Din dalan kitabnya Jami’ Al Tawarikh,
mereka orang-orang barat mengklaim seperti James Herschel yang menemukan sistem
sidik jari dan tidak membenarkan penelitian Rasyid Al Din terhadap penggunaan
sidik ari pada oerang-orang Cina kuno. Namun hal ini di bantah oleh seorang
penulis, ahli biologi, naturalis dan etnolog Jepang bernama Kumagusu Minakata,
ia membuktikan bahwa W. Herschel tidak
mengutip bukti asli dari Rashid Al Din.
Keunikan
sidik jari baru dapat di temukan pada Abad 19, sebelumnya sidik jari hanya dianggap sebagai goresan biasa dan
tidak memiliki arti apapun. Dalam Al Quran Allah Swt berfirman :
اَيَحْسَبُ
الْاِنْسَانُ اَلَّنْ نَّجْمَعَ عِظَامَهٗ ۗ ٣ بَلٰى قٰدِرِيْنَ عَلٰٓى اَنْ
نُّسَوِّيَ بَنَانَهٗ ٤ ( القيٰمة/75: 3-4)
Artinya: “Apakah
manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?
“ Tentu, (bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan
sempurna.” (Al-Qiyamah/75:3-4)
Berdasarkan ayat ini Allah menjelaskan
kekuasaannya atas tulang-belualang dan jari-jemari manusia yang telah meninggal
dan hancur akan dipersatukan kembali dengan kekuasaannya secara sempurna. Hal
ini dapat di fahami oleh para ilmuan bahwa diantara manusia yang hidup di dunia
ini tidak memiliki kesamaan dalam sidik jari mereka.[3] Kulit
jari manusia mempunyai perbedaan dari bentuk garis yang setiap individu tidak
memiliki kesamaan.[4]
Dalam Q.S Qiyamah di atas Zaghul al
Najjar memaknai kata banana sebagai bentuk jamak dari kata banan yang memiliki arti ujung jari. Menurutnya,
ayat ini memberikan isyarat akan penyusunan (penyempurnaan) “banan” ujung jari
manusia. Kekuasaan Allah Swt mengmbalikan serta menyusun kembali kehancuran
tulang manusia yang telah mati bahkan membusuk dan menjadi tanah kemudian
hancur akan di kembalikan secara sempurna. Kemudian dalam pandangan sains, kata
banan yang dimaknai ujung jari oleh Zaghul al Najjar terdapat terdapat
tanda khusus (spesifik) berupa pertukaran jelas antara sejumlah garis menonjol
dan cekung pada kulit jari-jari kedua tangan dan kedua kaki yang memiliki
bentuk yang berbeda, unik dan khas pada setiap individu manusia.[5]
Kulit yang ada pada telapak tangan
merupakan bagian telapak tangan mulai dari ujung pergelangan sampai ke semua
ujung jari dan kulit pada bagian telapak kaki tumit ke semua ujung jari. Di
situlah terdapat garis –garis halus yang menonjol keluar, yang satu sama
lainnya terpisah oleh celah atau alur dan membentuk lukisan-lukisan tertentu. Kulit
telapak tangan manusia terdiri dari dua lapisan yaitu Lapisan Dermal (lapisan
kulid dalam) dan Lapisan Epidermal yaitu lapisan kulit bagian luar yang
terdapat garis-garis menonjol keluar atau yang disebut juga garis-garis
papilair. Lukisan yang dibentuk oleh garis papilar inilah yang membentuk sebuah
pokok, perumusan dan pemeriksaan perbandingan sidik jari. Jika lapisan luar ini
terluka maka akan sembuh secara sendirinya dan membentuk pola yang sama sesuai
dengan sebelumnya.
Sidik jari memiliki manfaat yang begitu
signifikan dalam menentukan sebuah kasus criminal. Karena itu pengetahuan sidik
jari bagi tiap-tiap pegawai polisi dari bawahan sampai atasan menjadi sebuah
keharusan karena suatu tindak kejahatan dapat di telusuri melalui sidik jari
seorang pelaku kejahatan. Namun sistem penelusuran dengan sidik jari ini dapat berfungsi
jika sidik jari setiap masyarakat atau penduduk setempat di dokumentasikan
sehingga dapat memudahkan dalam pelacakan pelaku.[6]
Mahasuci Allah atas segala kuasa dan
ciptaannya yang begitu luar biasa, Al Quran yang merupakan Mukjizat yang
turunkan Kepada Nabi Muhammad Saw disamping kekayaan bahasa dan sastranya namun
mengandung sains sebagai petunjuk bagi Umat Manusia yang lebih dahulu
menjelaskan tentang sidik jari 1443 tahun lebih dahulu dari pengakuan orang
barat Abad 19 yang mengklaim menemukan keunikan dan kekhasan sidik jari.
MasyaAllah ….
[1]
LITBANG Kementrian Agama Republik Indonesia.
[2]
United Nation, 2022. Diakses pada tanggal 11 Mei 2022.
[3]
Masyhuri Putra, Mengungkap Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al Quran, Jurnal
An-Nur, Vol. 4 No. 2, 2015. Hal. 168.
[4] Muhammad Amin, Menyingkap Sisi Kemu’jizatan
Al Quran, Jurnal At-Tibyan Vol. 2, No. 2, 2015 Hal. 184.
[5]
Shofiyatun Niswah, Sidik Jari dalam Al Quran (Studi Makna Banan dalam Q,S Al
Qiyamah [75]: 4 Perspektif Zhaghlul Al Najjar), Skripsi. UIN Sunan Ampel
2020.
[6]
Subaidi, Keabsahan Sidik Jari Sebbagai Alat Bukti, CENDIKIA: Jurnal
Studi KeIslaman, Vol. 2, No.2 2016.
Robbana maa Kholakta haza baatila
BalasHapus