Langsung ke konten utama

Pendidikan Islam di Filipina

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Masuknya Islam di Filipina

    Islam pernah menjadi agama mayoritas di Filipina sebelum kolonialisme bangsa Barat masuk ke wilayah itu[1]. Masuknya Islam ke Filipina diperkirakan pada abad ke-13 M. Namun, ada juga pendapat bahwa masuknya Islam ke Filipina berkisar antara abad ke-19 dan 15 M di bawa oleh para aulia dan pedagang.

Kedatangan Islam ke Filifina, bersamaan dengan pertumbuhan perdagangan internasional dari laut Merah ke Laut Cina, diperkirakan pada abad ke-10 dan 11 M. Kegiatan penyebaran Islam di Filipina juga tidak lepas dari peran Mubaligh yang menikahi penduduk setempat. One o Muslim merchant married a daughter of the local chief, this establishing a new dynasty.[2]

Filipina adalah Negara kepulauan dengan 7.107 buah pula. Penduduknya yang berjumlah 47 juta jiwa menggunakan 87 dialek bahasa yang berbeda-beda yang mencerminkan banyaknya suku dan komunitas etnis. Islam telah mempunyai sejarah sejak zaman pra-kolonial, masyarakat muslim dibagian selatan tercatat sebagai masyarakat yang mampu mempertahankan diri dari penetrasi Spanyol selama tiga ratus tahun.[3]

Masuk dan berkembangnyanya Islam ke Filipina

tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Kesultanan Sulu. Jasa kerajaan Sulu, yang berhasil menyatukan beberapa kelompok kecil masyarakat

Islam di banyak pulau-pulau yang berserakan di selatan Filipina. Namun kerajaan Islam bukan hanya terdapat di Sulu, tapi juga terdapat di Manguindanao,

Pulau Mindanao. Kerajaan ini diasaskan oleh Muhammad Kabunsuan yang masih kerabat diraja Melaka, dengan bantuan seorang ulama bernama Samal, datang ke Malabac, daerah Aranun, pada 1520. Memang Islam sudah bertapak sebelumnya di Mindanao, tapi ajarannya masih bercampur dengan ajaran yang sesat dan animisme. Muhammad Kabunsuaan yang dengan kekuatannya membersihkan ajaran Islam dari ajaran yang menyimpang,dan memperkasakan agama Islam di Wilayah Mindanao.[4]

Pada abad ke tujuh, pulau-pulau yang membentuk Filifina sekarang berada dalam keadaan Islamisasi yang maju. Tiga negara muslim memperluas pengaruhnya atas pulau-pulau ini: Negara Muslim Sulu, termasuk Sulu, Basilan, Palawan, Negros, Panya, Mindoro, dan Iloco di sebelum utara Pulau-pulau Luzon; negara Muslim Manguindanoa, termasuk seluruh Pulau Mindanoa dan Negara Muslim Manilan  (Manilan sekarang) termasuk bagian tengah Luzon.

Bangsa spanyol melakukan ingkuisis secara buruh terhadap Muslim (Morisco)di semenanjung Iberia. Mereka menyerang negara muslin Sulu, Manguindanao dan Manilad denga fanatisme dan keagamaan yang sama seperti mereka memperlakukan penduduk muslim mereka sendiri di Spanyol. Raja Philip, yang namanya kemudian di jadikan nama pulau-pulau itu, memerintahkan kepala Staf Angkatan Lautnya sebagai berikut:” Taklukan pulau-pulau itu dengan gantikan agama penduduknya (ke agama Katolik).” Menghadapi latar belakang inilah orang-orang muslim di negeri yang di sebut Filifina (mereka di sebut, Moro, nama yang di berikan oleh bangsa sepanyol kepada muslim Spanyol) harus berjuang untuk kelangsungan hidupnya sampai saat ini, selama lebih daei empat abad. Korban pertama dari serangan kolonia ini adalah negara muslim Maniland. Namun perlawanan muslim mengorganisasi diri di selatan di pulau-pulau Palawan, Sulu dan Mindanao. Pulau-pulau ini menjadi bagian dari persatuan negara muslim merdeka sulu. Spanyol tidak perna dapat menaklukkan negara ini walaupun dalam keadaan perang terus menerus, dan harus mengakui keadaanya yang mardeka.

Pada 1896, presiden Mickenly dari AS memutuskan untuk menduduki Filifina untuk “meng-Kristen-kan dan membudayakan” rakyat sebagaimana ia ajukan. Amerika berhasil menakklukan jajahan spanyol ini pada 1899, tetapi negara muslim Sulu melawan, Sulu jatu ke tangan Amerika pada 1914 setelah perjuangan lama dan gagh berani, untuk pertama kali dalam sejarah bangsa Moro (nama muslim untuk tanah air mardeka di Filifina) jatuh ke tangan non-Muslim dan kehilangan kemerdekaanya. Pada 11 maret 1915 , Raja Muslim di paksa turun tangan, tetapi di akui sebagai ketua komunitas muslim. Hanya april 1940 Amerika menghapus kesultana Sulu dan menggabungjan bangsa Moro dan menggabungkan ke bangsa Filifina.

Jadi, bangsa Moro adalah tanah muslim yang penduduknya mengikuti Mazhab Syafi’i. Ia di jadikan oleh Filifina pada 1940 dan tetap begitu sejak itu. Setelah memperoleh kemardekaan dari Amerika, penduduk asli di pulau-pulau sebelum utara yang telah di paksa menjadi katolik oleh Spanyol, melaksanakan terus kebijakan dengan melancarkan yang sama pembunuhan orang-orang muslim yang telah mereka warisi dari penguasa Kolonial Spanyol dan yang telah di dorong dan di kukung oleh AS. 

Pada 1982, ada sekitar 6.250.000 muslim di Filifina (12% penduduk). Pemeintah mengakui adanya 2.200.000Muslim. muslim merupakan mayoritas di 13 provinsi dan telah tercapai suatu persetujua bahwa pulau-pulauini merupakan Negara Bagian Otonom bagi bangsa Moro. Pulau-pulau ini adalah: awi-tawi, Sulu, Basilan, Zamboang Del Zur, Samboang Del Norte, Kota Batu Utara, Maguindano, dan Lanao Sur. Pemerintah juga menyatakan bahwa muslim hanya membentuk lebih dari seper sepuluh penduduk tetap kurang dari 50% di Zambuanga del Sur, Kotabato Utara dan sultan kudarat.

Ada sekitar tigaribu masjid di Filifina, terutama di selatan. Kota Marawi dan Jolo dapat dianggap sebagai pusat keagamaan bagi komunitas Muslim.

Berikut ini adalah enam orang da’i pertama yang mempunyai peranan paling besar dalam menyebarkan Islam di Filifina dan sekitarnya.

1.      Syarif Auliya’

Syarif Auliya’ di pandang sebagai salah satu da’i Islam pertama yang datang ke Magindano dan daerah lainya dimana ia menyebarkan Islam dan menikah di sana. Dari istrinya ia mendapatkan seorang putri yang di beri gelar” Paraisul”. Kemudian ia kembali ke tempat di mana ia datang dari melayu.

Ada di katakan sesungguhnya ia adalah Syarif Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Marbath, keturunan dari Al-Imam Al- Muhajirin dan seterusnya. Tersebut juga nasabnya di Syjarah palembang.

2.      Syarif Maraja (Mahraj)

Syarif Maraja Maharaj datang setelah berangkatnya Syarif Auliya’ dan menikah dengan putrinya Paraisuli dan darinya mendapatkan dua orang putra yaitu Tabunawi dan Mamalo yang keduanya di jumpai oleh Syarif Muhammad bin Ali Zainal Abidin.

3.      Syarif Makhdym Ishaq

Syarif  Ishaq yang bergelar “Uluwwul Islam” bin Ibrahim Asmoro di angap sebagai salah satu dari Wali Sanga yang Menyebarkan Islam di Jawa yang telah kami sebutkan sebelumya.

4.      Syarif Zainal Abidin

Syarif Zainal Abidin di pandang sebagai salah satu raja pertama di kepulauan Sulu. Mengenai beliau, Dr. Najeeb Sahaliby mengatakan:

“Di pantai utara Magindano pada daerah yang subur dan makmur di dekat tempat daerah yang bernama “Pulangi” Islam tumbuh berkembang, bunganya merekah, dahanya menjulang ke atas, di atas menara-menaranya di serukan kalimat Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah. Syarif Ahmad bin Ali Zainal Abidin di umumkan sebagai penguasa Magindanao berdasarkan kesepakatan, kesenangan, dan keputusa yang tetap dari pendidiknya.

5.      Syarif Muhammad bin Ali (Kabungsuan)

Terdapat dalam Islam yang telah di sebutkan tadi

6.      Syarif Abubakar

Syarif Aabubakar termasuk salah satu da’i-da,i besar. Ia pergi ke makkah untuk memperoleh ilmu-ilmu keislamanan di sana. Setelah kembali ia mulai menyebarkan islam sebagaimana yang di pelajari dari Makhdum Ishaq. Ia mengarang kitab yang bernama “Abdurraul Manzuhur”. Kemudian ia menjadi sultan kepulauan Sulu setelah Raja Baginda.[5]

B.     Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Filipina

Dipandang dari sudut budaya masyarakat Muslim di Flipina berbeda dengan masyarakat Kristen, baik ditinjau dari sudut kultur, gaya hidup dan nilai-nilai. Asyarakat Katolik dipengaruhi oleh peradaban Barat, Spanyol dan Amerika. Kedua Negeri it mempengaruhi, bahasa, musik, seni, hukum dan gaya hidup. Sedang masyarakat muslim di Flipina banyak dipengaruhi oleh tetangga mereka yang beragama Islam, seperti brunei, Malasyia dan Indonesia.

Terisolasinya masyarakat Muslim di Filipina dan tidak aksesnya mereka ke duna pendidikan Barat mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan pendidikan. Sensus penduduk tahun 1980 diwilayah Barat dan Sentral Mendanao ditemukan sekitar 65% yang mampu membaca dan menulis, sedang rata-rata nasional adalah 83%. Income perkapita didua daerah itu adalah berada dibawah income perkapita nasional P 1.111.000 sedangkan diwilayah Barat Mendanao adalah P 1.030.000 dan di sentral Mendanao adalah P 977.990.

Sama halnya dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, bahwa pendidikan Islam awal itu telah dimulai sejak masuknya Islam ke negara tersebut, begit juga dengan Filipina, oleh karena itu proses Islamisasi di negeri ini tidak bisa dilepaskan dari pendidikan dan Mubaligh sangat dominan perannya dalam pendidikan. Mereka berperan dalam pendidikan informal. Kontak-kontak person antara pendidik dalam hal ini Mubaligh dengan masyarakat sekitar adalah langkah-langkah dalam pendidikan informal. Lanjutan pendidikan informal adalah munculnya pendidikan nonformal dan formal.[6]

Setelah Filipina merdeka tahun 1946, maka Amerika memperkenalkan pendidikan sekolah umum (public school). Ketika itu pemerintah mengimplementasikan kurikulum yang seragam kepada anak-anak Filipina diseluruh negeri tanpa melihat perbedaan agama atau budaya.

Pada tahun 1950-an dan 1970-an banyak madrasah dan masjid dikonsturksi secara luas sebagai hasil dari gerakan pembaharuan yang bersemangat dikalangn masyarakat muslim di Filipina. Dan ketika itu banyak guru-guru yang berdatangan ke Filipina, misalnya dari Saudi Arabia, Mesir, Indonesia, Pakistan dan tempat-tempat lain.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pembaruan pendidikan Islam khususnya madrasah Filipina, setidaknya dapat dilihat pada dua dorongan kuat. Pertama berkaitan kebijakan pemerintah Filipina sendiri dan kedua motivasi yang tumbuh dari kalangan umat Islam.[7]

C.    Pendidikan Islam sebagai lembaga di Filipina

Pelaksanaan pendidikan Islam di berbagai negara, tidak bisa dilepaskan dri lembaga pendidikan informal, non formal dan formal. Pendidikan informal, lebih terkonsentrasi pada hubungan pndidik dengan peserta didik ang tida bersifat formal, akan tetapi lebih banyak bersifat kontak-kontak person antara pendidik dan peserta didik. Pelaksanaan seperti inilah yang dilaksanakan oleh mubaligh awal ketika datang ke nusantara da selanjutnya pendidikan informal itu dilaksanakan dirumah-rumah yakni kontak edukatif anatra orang tua dan anaknya.

Selanjutnya muncul pendidikan nonformal, seperti pendidikan dirumah-rumah ibadah, pengajian lpas yang tidak terstruktur, semacam majelis ta’lim. Selanjtnya muncul pendidikan formal, yaitu pendidikan yang telah mempunyai lembaga khusus, serta diatur dengan peraturan-peraturan yang ditaati.

Di Filipna, pendidikan formal ditingkat dasar dan menegah disebut dengan maktab da madrasah. Pendidikan maktab lebh dikhususkan pada pendidikan anak-anak usia 6-10 tahun. Para orang tua membawa anak mereka baik laki-laki maupun wanita kerumah seorang muslim yang dituakan dan memiliki reputasi dalam bidang bacaan al- Qur.an.

Selain dari lembaga pendidikan tersebut diatas, diFilipina juga muncul pendidikan pola barat ketika orang-orang barat datang ke Filipina sekolah-sekolah barat bersifat sekuler sebagai implikasi dari pemikiran dan budaya yang memisahkan agama dari negara.keadaan ini bertentangan dengan doktrin keislaman.

Madrasah diawali sebagai sebuah rumah tangga yang sederhana, yang diistilahkan dengan maktab ditempat seorang guru,  biasanya seorang pemimpin Islam mengajar sebuah grup kecil anak-anak yang selanjutnya lembaga itu menempati posisi sebagai sekolah pandita (pandita school).

Perkembangan madrasah semakin meningkat dan timbullah sejumlah madrasah setelah perang dunia kedua. Pada tahun 1950 timbul tendensi pembaruan dikalangan pemimpin Muslim Filipina yang mereka peroleh dari pendidikan sekuler yang berbentuk nonmadrasah. Perubahan ini dibawa oleh Maulana Abdul Aleem Siddique Al-Qaderi seorang terpelajar India, dia mendorong beberapa aktivitas organisasi Muslim di Filipina (MUSAFIL), yang didirikan pada tahun 1920, untuk mendirikan madrasah diwilayah selatan Filipina.

Pada tahun 1950 dua orang prndakwah dari Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir tiba di Filipina slatan. Mereka membuka sebuah madrasah “al-Kuliyat al-Istihadiyah” di Malubug Lanao de sur, tapi setelah satu tahun ditutup.. salah seorang pendakwah tersebut Toha Omar pindah ke Jalo, Sulu dan menjadi kepalamadrasah Islamiyah Sulu yang didirikan dibawah kepemimpinan Mayor Barley Abu Bakar.pada tahun 1951 Congressman Luminog Mangelen mempelopori pembukaan madrasah Al-Rashidah di Pandag, Buluan, Cotabago. Sejumlah lulusan pertama madrasah ini pada tahun 1959 menjadi guru-guru yang kemudian membuka madrasah-madrasah baru diberbagai tempat masyarakat muslim di Provinsi Cotabato. Pada tahun 1954 Kamilal Islam Society di Marawi City kembali membuka sebuah madrasah yang dikenal dengan Kamilal Islam Institute.[8]

D.    Madrasah di Filipina

Demikian juga madrasah di Filipina, semula madrasah di Filipina dipahami sebagai bagian dari tradisi pendidikan yang dimiliki umat Islam di Filipina Selatan yang sejak awal ingin memisahkan diri dari Filipina.[9] Pelajaran dimadrasah Filipina difokuskan pada ilmu-ilmu  agama, sedangkan ilmu-ilmu umum diabaikan. Sebenarnya tidak diajarkannya science di madrasah erat kaitannya dengan masalah pendanaan tetapi mereka juga tertarik untuk mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Bantuan finansial madrasah di Filipina pada umumnya berasal dari donator yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat muslim Filipina. Sebagian bantuan tersebut berasal dari Negara-negara Timur Tengah. Pengintegrasian madrasah kedalam system pendidikan di Filipina telah dilaksanakan tahun 1982. Madrasah mendapat pengakuan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga (The Minestry Of Education, Culture and Sport) yang disingkat MECS.

Dengan masuknya madrasah ke dalam system pendidikan di Filipina maka pemerintah melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1.      Memperbaiki staf pengajar dan fasilitas lembaga madrasah

2.      Memperkuat dan mengembangkan program Islamic Studies diberbagai lembaga pendidikan tinggi, khususnya di Mindanao

3.      Memperkuat dan mendirikan program pengajaran bahasa Arab.[10]

  Gagasan pengintegrasian madrasah dalam sistem pendidikan Filipina baru menunjukkan  tanda-tanda kemajuan setelah masuk tahun 2000-an. Pada tahun 2004, Departemen Pendidikan mengadopsi DO51 yang memasukkan pengajaran Bahasa Arab dan Nilai Islam disekolah-sekolah umum, khususnya di daerah daerah Muslim. Kurikulum Pendidikan Islam dan Bahasa Arab untuk sekolah umum pertamakali diimplementasikan pada tahun ajaran 2005 -2006, (SMC) pada madrasah-madrasah yang umumnya swasta. Praktik yang sama diberlakukan pada sekolah-sekolah Islam, yaitu SekolahTerpadu IbnuSiena(Marawi), Sarang Bangun LC (Zamboanga)dan SMIE (Jolo). Sekolah-sekolah ini telah menjalankan kurikulum standar tersebut. Sejak tahun 2005, Aus AID memberikan pendampingan dalam kerangka proyek Departemen Pendidikan bagian Bantuan Pendidikan Dasar Mindanao/Basic Education Assistance for Mindanao (BEAM) telah membantu sekelompok madrasah swasta mencari izin pemerintah untuk mengoperasikan atau Permite to Operation (PTO) dan melaksanakan SMC. Hingga saat ini, terdapat 30 dari swasta ini tersebar di seluruh Kawasan madaris XI, XII dan ARMM. SMC adalah kombinasi dari RBEC mata pelajaran Filipina, Sains, Matematika dan Makabayan dan pengajaran bahasa Arab dan studi Islam mata pelajaran.

     Daerah XI - Pilot Terpadu Madrasah (Davao Oriental), Al-Munawwara Sekolah Islam (Davao City)

     Region XII - WAMY Akademi (Gensan), Kumayl LC (Koronadal), Darul Uloom (Tamontaka, Cotabato City), Al-Nahdah Akademi (Campo Muslim, Cotabato City), Madrasah SKC Abubakar (Bagua, Cotabato City) dan Sultan Kudarat Akademi (Sinsuat Ave, Cotabato City)

    ARMM (Marawi City) - Jamiato Janoubel Filibbien, Jamiato Marawi al-Islamia, Khadijah Percontohan Madrasah, Putri Jawaher IS.

     ARMM (Lanao del Sur) - Ma’had Montashir (Masiu), Ma’had Aziziah dan Sha’rawi LC (Butig), Madrasah Al-Falah Khayrie (Lumba Bayabao), Ma’had Lanao (Malabang), As-Salihein Terpadu Sekolah (Tamparan), lain.

     ARMM (Maguindanao Valley) - Ibnu Taimiyah Academy (Shariff Kabunsuan), Ma’had Maguindanao (Ampatuan), Madrasah Datu Tahir (Mamasapano), Rahmanie Ma’had Al-Islamie (Sharif Aguak). Melalui Gubernur philanthopy Datu Andal Ampatuan dan keluarganya, Ma’had Rahmanie sedang dirancang ulang dan re-posisi itu dibangun untuk menjadi lembaga utama pembelajaran terpadu di ARMM. Ketika seluruh pembangunan infrastruktur selesai, maka akan berganti nama Shariff Ibnu Ampatuan Aguak Memorial Academy.

         ARMM (Pulau Provinsi) - Ma’had Dakwah (Lamitan Kota), Kulliyato Talipa(Talipao, Sulu), anak Madrasah (Bongao, Tawi-Tawi). anak Madrasah adalah proyek khusus dan laboratorium sekolah dari MSU-TCTO College of Islam dan Arab Studies (CIAS).[11]

            Selain itu, integrasi antara madrasah dengan system pendidikan di Filipina dapat dilihat dari dua hal:

1.      Sekolah umum boleh memuat beberapa subjek mata pelajaran nonagama sedangkan dimadrasah yang penting dalam kurukulum, yakni:

a.       Angka-angka Arab dapat diperkenalkan disekolah umum sebagai bagian dari pelajaran matematika

b.      Sejarah dan geografi Negara-negara Timur Tengah dapat diperkenalkan dalam pelajaran ilmu social (social studies)

c.       Bahasa Arab yang mempunyai arti yang ekuivalen dengan istilah ilmu pengetahuan dapat diintegrasikan kedalam subjek sains.

d.      Akhlak dan etika Islam dapat dimasukkan kedalam tingkah laku yang baik atau diintegrasikan kedalam semua subjek

e.       Literature tidak hanya dibatasi dengan literature berbahasa Inggris dan Filipina, akan tetapi seharusnya dimasukkan literature bahasa Arab

f.        Bahasa Arab dijadikan bahasa yang dijadikan subjek regular

g.      Mata pelajaran vokasional yang berorientasi local dan Timur Tengah, seharusnya diprioritaskan untuk diberikan pada mata pelajaran seni praktis.

      Selanjutnya adanya hubungan yang perlu diatur antara madrasah dan sekolah umum dengan mempertimbangkan:

a.       Bahasa Arab adalah mata pelajran yang harus diberikan bagi pelajar-pelajar Muslim di Filipina pada akhir pecan madrasah

b.      Madrasah juga mengharuskan mengambil mata pelajaran Matematika, Ilmu Sosial, Sains, bahasa Inggris dan bahasa Filipina. Para pelajar mengambil mata pelajaran tersebut disekolah umum pada jam pelajaran regular mulai hari Senin sampai Jum’at

2.      Sebuah madrasah dan sekolah umum seharusnya berdekatan (hal ini sangat lumrah dinegeri Muslim) dengan demikian akan memudahkan saling bertukar tanpa menambah pembiayaan. Guru-guru madrasah bisa mengajarkan bahasa Arab disekolah umum sedangkan guru-guru sekolah umum bisa mengajarkan bahasa Inggris di madrasah. Jadwal pelajaran dari kedua jenis sekolah itu dapat disusun tanpa adnya jadwal yang bertabrakan.[12]

            Berdasarkan hasil observasi ustadz Hassoubah a representative of the world Federation of Madaris in the Fhilippines, mengatakan bahwa madrasah kurang berkualitas, hal ini disebabkan oleh beberapa factor sebagai berikut:

1.      Sumber financial berasal dari uang sekolah dan bantuan dari masyarakat sangat sedikit dan tidak tetap.

2.      Guru-guru bahasa Arab sangat sedikit dan mereka hanya lulusan sekolah madrasah menengah dari madrasah-madrasah local.

3.      Semua guru dari madrasah-madrasah menerima gaji yang sangat kecil.

4.      Perpustakaan dan fasilitas sangat kurang.

           Selanjutnya Profesor Ahmad Hassoubah, mengemukakan hasil penelitian mendalam tentang madaris, dalam Kongres tersebut ia memberikan rekomendasinya yang kemudian dikukuhkan menjadi rekomendasi Kongres sebagai berikut:

1.       Madrasah harus tetap menjadi sebuah lembaga Islam, karena mewariskan

studi-studi Islam dan bahasa Arab ke generasi berikutnya. Tidak perlu dinasionalisasikan.

2.       Pengajaran bahasa Inggris dan keterampilan harus dimasukkan ke dalam kurikulum.

3.       Harus diupayakan diupayakan peningkatan status, dan pengakuan (legalisasi dan akreditasi) madaris sebagai lembaga resmi.

4.        Harus diusahakan latihan dan peningkatan kecakapan serta wawasan guru-guru

bahasa Arab di madaris.

5.        Menghasilkan bahan-bahan pelajaran bahasa Arab dan studi-studi Islam dengan bantuan pemerintah dan badan-badan luar lainnya.

6.       Para lulusan madaris yang diakui harus bisaditerima di berbagai universitas umum

7.       Menyusun standar profesional bagi para guru bahasa Arab[13]

            Bila dilihat dari perkembangan madrasah sampai sekarang, madrasah dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:

1.      Madrasah Diniyah Sabtu-Minggu

       Madrasah ini pada dasarnya dtunjukan untuk anak-anak didik di sekolah umum. Guna memperoleh pendidikan agama maka kepada mereka  dibuka kesempatan untuk belajar pada hari sabtu dan minggu. Di Filipina, hari-hari aktif belajar adalah lima hari dalam seminggu (Senin, Selasa,Rabu, Kamis dan Jum’at) disekolah umum tersebut anak Muslim tidak memperoleh pendidikan agama Islam. Untuk menjawab tuntutan kebututhan tentang pendidikan agama bagi mereka, maka dibukalah madrasah Sabtu-Minggu.

      Salah satu contoh madrasah Sabtu-Minggu adalah Madrasah Diniyah Sanggilangan Davao, madrasah ini sangat sederhana dilihat dari bangunan dan peralatan sekolahnya dan kurang mendapat perhatian. Mata pelajaran yang diajarkan, yaitu mata pelajaran agama seperti yang dijelaskan Ustadz Musa Yatang adalah: Al-Qur’an, hadits,tauhid, fiqh, sirah, tajwid, qawaidul lugah, imla’ dan qira’ah.

      Dimadrasah ini mata pelajaran yang diberikan adalah menggunakan kitab-kitab bahasa Arab. Ustadz Musa Yatang memperlihatkan buku-buku pegangan yang berbahasa Arab tersebut. Diantaranya, fiqh, tulisan Said Sabiq yang berjudul Fiqih Sunnah, Tafsir Ibnu Katsir. Kitab-kitab yang bersumber  dari pemerintah Saudi Arabia mendominasi rujukan pembelajaran dimadarsah ini. Misalnya pelajjaran Nahwu berasal dari terbitan Kerajaan Saudia Arabia, yang berjudul “Silsilah Ta’limi al-Lughah al-Arabiya”, begitu juga kitab-kitab pelajaran tauhid, fiqih, dan tajwid yang berasal dari terbitan Kerajaan Saudi Arabia.

2.      Madrasah Diniyah  regular lima hari seminggu

      Madrasah ini diprogramkan mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab yang berbahasa Arab. Pada kelas-kelas tertinggi bahasa pengantar dipergunakan bahasa Arab. Contoh dari madrasah tipe ini adalah Ma’had Syark Mindanao al-islam (Eastern Minandao Islamic Acamdemic). Madrasah ini mengasuh tingkat pendidikan sebagai berikut:

a.       Taman kanak-kanak                2 tahun

b.      Ibtida’iyah                              6. tahun

c.       Mutawasittah                          3 tahun

d.      Tsanawiyah                             3 tahun

Madrasah ini dilengkapi dengan Fasilitas

a.       Ruang belajar

b.      Ruang perkantoran

c.       Asrama

d.      Masjid

e.       Kantin

f.        Rumah pimpinan

g.      Lapangan olahraga

      Siswa yang belajar di madrasah (ma’had) ini berjumlah 200 siswa, 60 orang diantaranya tinggal diasrama, 50 orang diantara seluruh siswa adalah putrid.

Adapun mata pelajaran yang diajarkan dimadrasah ini: tafsir, fiqh, tauhid, nahw, tarikh, mustalah hadits, usul fiqh, faraidh, balaghah, hifzul Qur’andan tajwid.

Diantara kita-kitab yang diajarkan dimadrasah ini adalah:

a.       Tafsir               tafsir Ibnu Katsir

b.      Tauhid             kitab at-Tauhid

c.       Hadits             subulussalam

d.      Nahw              matan Ajurmiyyah Qatrunnida’

      Alumni dari madrasah ini mengajar ditaman kanak-kanak dan Ibtida’iyah. Hanya sebagian kecil saja yang bisa melanjutkan ketingkat Universitas, karena lemahnya tingkat perekonomian masyarakat Muslim sekitar.

3.      Madrasah Integrated

      Bentuk madrasah seperti ini adalah bentuk madrasah yang telah menerima perubahan dan pembaharuan. Inti dari madrasah ini adalah mengembangkan pendidikan peserta didik pada pencapaian dua jenis keilmuan, yaitu ilmu-ilmu agama yang berbasis pada Al-Qur’an dan Hadits serta ilmu-ilmu umum yang berbasis epistemology keilmuan. Pada awalnya madrasah diFilipina memulai pelajarannya dengan mata pelajaran agama terutama sebelum masuknya spanyol ke Filipina. Kurikulum yang diajarkan dimadrasah ketika itu hanya terbatas pada bagaimana  membaca bahasa Arab dan pengajaran Al-Qur’an dan ini berlangsung sampai datangnya bangsa Spanyol dan Amerika ke Filipina.[14]

               Sebagaimana tradisi Islam di kawasan Asia tengara, pendidikan Islam ditransmisikan melalui beberapa bentuk media pendidikan formal seperti melalui maktab atau madrasah, pendidikan nonformal melalui tempat ibadah seperti masjid, surau, pesantren dan pendidikan informal melalui pendidikan keluarga. Khusus mengenai madrasah, Informasi awal mengenai madrasah di Filipina disebutkan Pada tahun 1950 dua orang pendakwah dari Universitas Al-Azhar Cairo mesir Tiba di Filipina Selatan. Mereka membuka sebuah madrasah “AlKuliyat Al-Istihadiyah” di Malubung, Lanao de sur. Setelah satu tahun ditutup. Salah seorang pendakwah tersebut Toha Omar pindah ke Jalo, Sulu dan Menjadi kepala madrasah Islamiyah Sulu yang didirikan di bawah kepemimpinan Mayor Barley Abu Bakar.10 Sejak 1980-an, Pemerintah Filipina men  coba menyeriusi usaha akomodasi kepen tingan Islam dalam sistem pemerintahan Filipina. Di mulai dengan pembentukan Kementerian Urusan Agama Islam, sebagaimana Departemen Agama di Indonesia, pada tahun 1981. Pemerintah Filipina juga mencoba menginisiasi usaha-usaha pengembangan pendidikan Islam. Usaha di bidang pendidikan Islam Filipina antara lain menyelenggarakan Kong res Pertama Pendidikan Islam (27-31 Oktober 1980) di mana pembahasan dilakukan dengan pembagian 3 kelompok. Kelompok I (Pengelolaan dan Organisasi Madrasah), Kelompok II (Kurikulum, Pengajaran, Staf Pengajar dan Pelajar Madrasah), Kelompok III (Fasilitas Fisik dan Keuangan Madrasah). Kongres tentang pendidikan Muslim diadakan di Mindanao State University pada tanggal 27-31 Oktober 1980. Dan merupakan serial atau awal bagi beberapa kongres tentang pendidikan dan madaris berikutnya. Salah satu makalah penting adalah yang disajikan oleh Profesor Manaros Boransing, dengan judul Policy of Total development as an Aproach to the Bangsa Moro Problem: An Alternative to Autonomy. Di mana makalah tersebut kemudian diterima menjadi rekomendasi Kongres, yakni:

a.       Pemaduan suatu kurikulum 10 tingkat bagi pendidikan bahasa Arab/studi keislaman ke dalam sistem sekolah umum yang terintegrasi.

b.      Reorganisasi, pengangkatan dan pengukuhan madaris sebagai pusat-pusat pengajaran tingkat sekolah menengah, bagi studi-studi lanjutan dalam teologi Islam dan peradaban.

c.       Standardisasi dan pencetakan bahan-bahan pengajaran, khususnya buku teks, untuk kurikulum pendidikan Islam dan bahasa Arab.

d.      Program latihan singkat bagi guru dan pengelola pendidikan dalam bidang administrasi pengelolaan, bahasa Arab dan studi Islam.

e.       Pengorganisasian suatu yayasan swasta dalam pengumpulan dana untuk memulai atau melanjutkan kesinambungan pendidikan.

f.    Mempercepat program pemberian beasiswa bagi Muslim Filipina yang cerdas untuk melanjutkan studinya di semua bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan kemasyarakatan.

               Disimpulkan, bahwa hanya dengan memberikan prioritas masalah pendidikan, membuka peluang dan kesempatan mendapatkan akses seluas-luasnya kepada dunia pendidikan, maka penyelesaian menyeluruh Umat Islam Filipina Selatan akan dapat diselesaikan. Setelah kongres Pendidikan Islam dilanjutkan dengan Menyelenggarakan Kongres Pertama Madrasah seluruh Filipina (2426 Mei 1982). Kongres ini diadakan di dan oleh Western Mindanao State University di Zamboanga City pada tanggal 24-26 Mei 1982, sebagai kelanjutan dari Kongres Pendidikan sebelumnya. Kongres Madrasah tersebut membahas:

1). Status madaris (jamak dari madrasah),

2). Isu-isu aktual dan masalahmasalah yang mempengaruhi madaris,

3). Bagaimana madaris dapat dikembangkan menjadi lembaga-lembaga yang lebih siap sebagai komponen yang aktif dalam sistem pendidikan Filipina. Lebih jauh lagi, pembahasan dipusatkan pada pengelolaan dan organisasi madaris, kurikulum, pengajaran, staf pengajar dan pelajar, fasilitas fisik, pembiayaan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan madaris. Instruksi Presiden nomor 1221 tanggal 31 Maret 1982 itu sendiri berisi ajakan dan seruan untuk mengadakan berbagai program bagi pengembangan madaris, program-program yang mengukuhkan berbagai studi Islam di lembaga pendidikan tinggi dan penegakkan serta pengukuhan program mengajar dan belajar bahasa Arab.[15]

E.     Kedudukan Madrasah dalam sistem Pendidikan Nasional Filifina

            Madrasah telah tumbuh di Filifina, terutama di Filifina selatan sejak pendiri pertamanya Makhdun Karim, seorang mubalig yang berasal dari Arab, dialah yang di yakini pertamakali membangun masjid pada tahun 1380. Masjid pertama di bangun di Tubig Indangan, Simunul, Tawi-tawi dan bersamaan dengan dibangunya madrasah yang pertama. Muballigh Arab ke dua yang membangun masjid dan madrasah di Jolo, Sulu.

            Masjid dan madrasah di Filifina adalah lembaga pendidikan Islam yang paling dasar. Oleh karena itu, Al-Qur’an di tulis dengan tulisan Arab maka membaca dan menulis Arab adalah merupakan dasar pengajaran yang paling awal sebab itulah muballigh mendirikan madrasah untuk menopang upaya dakwah yang di lakukan mereka.

            Perkembangan madrasah menjadi madrasah moderen sejak selesainya perang dunia ke dua. Sejak saat itu madrasah berkembang di Filifina terutama di bagian selatan, seperti di Sulu, Gotabato, Zamboanga, Tawi-tawi, Maraw City, Lanau Dersur, dan lain-lain.

            Secara keseluruhan madrasah memiliki peranan dalam pendidikan nasional diantaranya: pertama, peranannya dalam mendidik generasi muda di Filifina, dalam hal ini madrasah telah memberi sumbangan dalam pendidikan di Filifina sekitar 146.132 pelajar dan 3384 orang guru. Kedua, madrasah filifina berperan meningkatkan kesadaran masyarakat muslim akan peranan mereka sebagai anggota dari masyarakat muslim sedunia, dan di menjadikan pula memperkuat jati diri dalam bidang jiwa dan perkembangan spiritual.

 

 


 



[1] Muhamad Murtadlo, islam dan pendidikan madrasah di filipina (Islam and madrasah education in the philippines), Edukasi, Jurnal Penelitan Pendidikan Agama dan Keagamaan,( Jakarta Timur: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI)  h. 49
 [2] Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 16
 [3] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali pers,2011), h. 367
 [4] Saifullah SA, umat islam di filipina selatan (Sejarah, Perjuangan dan Rekonsiliasi), ( Islamica, Vol. 3, No. 1, September 2008), h. 54-57
[5] Muhammad Hasan, Penyebaran Islam Di Asia Tenggara, Jakarta:PT Lentera Basritam, 1997, hlm. 81-83
[6]Haidar Putra Daulay, Op. Cit, h. 164-165
[7] Haidar Putra Daulay, Op. Cit, h. 173
[8] Haidar Putra Daulay, Ibid, 165-167
[9]https://jurnaledukasikemenag.org/index.php/edukasi/article/download/233/183oleh M. Murtadlo  2015.
[10] Haidar Putra Daulay, Op. Cit, h.167-168
                [11] Muhamad Murtadlo, Op. Cit, h. 56
[12] Haidar Putra Daulay, Op. Citi, h. 169-170
[13] Muhamad Murtadlo, Op. Cit, h. 55
[14] Haidar Putra Daulay, Op. Cit, h. 168
[15] Muhamad Murtadlo, Op. Cit, h. 53-55

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Pendidikan, Dasar, Tujuan, Tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangatpenting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yangmembermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertianpengertianyang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan oprasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan Islam mengandung makna nternalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tu...

ISMAIL RAJI AL FARUQI

  ISMAIL RAJI AL-FARUQI Ismail Raji al-Faruqi dilahirkan pada tanggal 01 Januari 1921 M di Jaffa yang terletak di negara Palestina, dan ia meninggal pada tanggal 24 Mei 1986 M.' Ayahnya bernama Abdul Huda Al-Faruqi yakni gadi (hakim) yang terpandang di negara Palestina, seseorang yang juga terpandang sebagai sosok yang taat kepada agama; dan dari ayahnya inilah, ditambahj juga dari pendidikan di masjid setempat, Faruqi menerima pembelajaran agama dengan baik, pendidikan  memang wajar bagi anak-anak Palestina pada umumunya . Waktu itu, Palestina masih tentram dan damai dalam naungan kekuasaan pemerintah Arab di Damaskus, meskipun juga sedang berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris. Sampai akhirnya orang-orang bangsa Yahudi berdatangan, mendirikan pemukiman sendiri, dan perlahan mulai menggrogoti dan mulai menguasai. Palestinapun mulai bergejolak . Ismail Raji Al-Faruqi merupakan sosok yang begitu mengagumi tanah airnya sendiri, Palestina, sebelum daerah tersebut dikuasai...

KONSEP MANUSIA DALAM HUMANISME DAN AL-QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang. Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya . Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah...