Langsung ke konten utama

Pembelajaran Efektif

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa mengajar merupakan suatu proses yang dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana  mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit, dalam pengertian ini terdapat sebuah kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.  Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataannya yang kita lihat di sekolah-sekolah seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sedangkan siswanya dibuat pasif sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih di dominasi oleh guru, maka keefektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, maka guru di tuntut untuk mampu mengelola proses pembelajaran yang dapat memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar.

Kemudian, dalam makalah yang akan kami paparkan ini membahas mengenai keefektifan pembelajaran yang terdiri dari beberapa indicator, sehingga dengan demikian akan terwujudnya suatu pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang dicapai.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah Pengertian Pembelajaran Efektif ?

2.      Apa Saja Prinsip-prinsip Belajar dalam Pembelajaran Efektif ?

3.      Apa Saja ciri-ciri Pembelajaran Efektif ?

4.      Apa Saja Indikator-indikator dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif

C.     Tujuan

Untuk Mengetahui:

1.      Pengertian Pembelajaran Efektif

2.      Prinsip-prinsip Belajar dalam Pembelajaran Efektif

3.      Ciri-ciri Pembelajaran Efektif

4.      Indikator-indikator dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Pembelajaran Efektif

Sebelum kita membahas pengertian pembelajaran efektif, maka kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari belajar, pembelajaran  dan efektif itu sendiri. Belajar  pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.[1] Kemudian, belajar dalam pengertian yang lain yaitu suatu upaya untuk menguasai sesuatu yang baru. Konsep ini mengandung dua hal yaitu  pertama, usaha untuk menguasai, maksudnya hal ini bermakna menguasai sesuatu dalam belajar dan kedua, sesuatu yang beru dalamarti hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar.[2]

Kemudian, pengertian pembelajaran secara sederhana, pembelajaran adalah dapat diartikan sebuah usaha untuk mempengaruhi emosi, inteletual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Dalam definisi seperti ini, tidak ada unsur objek dan subjek dalam pembelajara. Antara guru dan siswa sama-sama subjek yang berinteraksi tanpa perlu memperlakukan yang lain sebagai objek.[3]

Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar”. Mengajar berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar  atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Oleh karena itu, istilah pembelajaran ini berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi secara bersama-sama. Belajar bisa terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lainnya, sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan didalam kelas. Sebagaiman yang dikatakan oleh Duffy dan Roehler, yaitu apa yang dikatakan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral, dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, dan juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas.

Kemudian, pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi, pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan, yaitu tercapainya tujuan kurikulum.[4]

Dalam pengerian lainnya, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran manusia terlibat dalam sistem pengajaran itu sendiri dari siswa, guru, dan lain sebagainya. Kemudian, menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang kelas, audio, visual), dan proses yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.[5]

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kea rah yang lebih baik. pembelajaran ini bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan mamfaat tertentu.[6] Sehingga dari defenisi belajar, pembelajaran dan efektid tadi, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai siswa, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan siswa tersebut.[7]

Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajarannya menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta diparktekkan dalam kehidupan siswa tersebut.[8]

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan mamfaat tertentu. Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa dan pembelajaran efektif juga dapat  menciptakan suasan pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajar sendiri.[9]

B.     Prinsip-prinsip Belajar pada Pembelajaran Efektif

Banyak ahli yang mengemukakan tentang prinsip belajar yang memiliki persamaan dan perbedaan. Akan tetapi, secara umum terdapat beberapa prinsip dasar dan implikasinya pada pembelajaran efektif., sebagai berikut:

1.      Perhatian

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah untuk mencapai tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian, menyebabkan siswa harus menciptakan atau membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan tersebut dapat berupa suara, warna, bentuk dan rangsangan lainnya yang dapat di tangkap oleh panca indra. Perhatian bersifat sementara dan ada hubungannya dengan minat. Pernbedaannya ialah sifatnya lebih menetap sedangkan perhatian lebih kepada sifatnya yang sementara. Contohnya seorang anak yang belajar kemudian teman sebangku menganggunya, kemudian menyebabkan hilangnya perhatian anak tersebut. sesudah temannya tidak menganggu lagi, ia mulai memperhatikan lagi pembelajarannya. Bila tidak ada perhatian maka tidak mungkin ia akan belajar, namun demikian perhatian datang dan perginya silih berganti secara cepat, sedangkan minat cenderung menetap, contoh seorang siswa yang bercita-cita menjadi insiyur tentu minatnya kepada mata pelajaran menggambar akan lebih besar dan minat tersebut cenderung terus mendorongnya sampai cita-citanya tercapai.

Peranan perhatian sangat penting dimiliki siswa, karena dari kajipezian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian dan siswa tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap materi pelajaran akan timbul pada siswa jika materi yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya. Seperti untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran terdapat dua macam tipe perhatian, yaitu terkonsentrasi, dan tidak terkonsentrasi.

2.      Motivasi

Mengenai peranan motivasi dalam proses belajar dikemukakan oleh Slavin yang mengatakan bahwa motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Apabila tidak ada motivasi, maka proses pembelajaran tidak akan terjadi dan motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dan begitu jug sebaliknya. Motivasi yang dimiliki dan dibawa oleh siswa berpengaruh kuta terhadap apa dan bagaimana mereka belajar.

Sebagai suatu hasil motivasi merupakan hasil dari pembelajaran yang efektif, jika pembelajaran efektif, menarik, bermamfaat, dan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, maka akan meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Contohnya adalah perasaan menyenangkan materi dan kebutuhan akan materi tersebut, misalnya untuk kebutuhan masa depan siswa yang bersangkutan. Kemudian, Deci mengemukakan konsep motivasi intrinsic individu dan mengindentifikasikannya dalam bentuk tingkah laku.

Sedangkan motivasi ektrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Contoh kontret motivasi ektrinsik adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan dari orang-orang di sekelilingnya, seperti guru dan orangtua.

3.      Keaktifan

Seorang anak pad dasarnya sudah memiliki keinginan untuk berbuatdan mencari sesuatu yang sesuai dengan aspirasinya, demikian halnya dengan belajar. Belajar hanya memungkinkan terjadinya apabila siswa aktif dan mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, inisiatif harus datang dari siswa itu sendiri, peran guru sekadar sebagai pembimbing dan pengarah.

4.      Keterlibatan Langsung

Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya, dalam bentuk kerucut pengalamannya, menempatkan bahwa belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Dalam belajar, siswa tidak hanya mengamati, tetapi harus menghayati, terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasilnya. Sebagai contohnya, siswa yang tidak belajar tentang proses terjadiny hujan, akan lebih efektif apabila ia terlibat langsung dalam demontrasi terjadinya hujan, bukan hanya sekadar melihat, apabila hanya sekadar mendengarkan.

5.      Pengulangan

Pengulangan merupakan prinsip belajar yang berpedoman pada pepatah “latihan menjadikan sempurna”. Dengan pengulangan, maka daya-daya yang ada pada individu seperti mengamati, memegang, mengingat, mengkhayal, merasakan, dan berpikir akan berkembang. Metode driil adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan.

6.      Tantangan

Teori medan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin mengatakan bahwa sesungguhnya seorang siswa yang sedang belajar berada dalam suatu medan lapangan psikologis. Siswa menghadapi tujuan yang harus dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan yang harus dihadapi, tetapi ada motif yang mengatasi hambatan tersebut, sehingga tujuan dapat tercapai, begitu seterusnya. Agar siswa dapat mengatasi hambatan, maka belajar harus dapat menimbulkan motivasi sisw untuk dapat mengatasi hambatan tersebut.

7.      Penguatan

Dalam belajar, siswa akan lebih bersemangat apabila mengetahui akan mendapatkan hasil (balikan) yang menyenangkan. Namun dorongan belajar menurut B.F Skinner bukan hanya yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif dan negative dapat memperkuat belajar.

8.      Perbedaan Individual

Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Dengan demikian perbedaan ini perlu diperhatikan oleh seorang guru. Pemberian bimbingan kepada siswa harus memperhatikan kemampuan dan karakteristik setiap siswa. Pembelajaran dengan sistem klasikal kurang memperhatikan perbedaan individual, namun hal ini dapat diatasi dengan cara lain yaitu penggunaan metode atau strategi yang bervariasi, penggunaan media intruksional akan membantu melayani perbedaan siswa dalam belajar.[10]

C.     Ciri-ciri Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut sudah mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Kemudian, diantara ciri-ciri pembalajaran efektif tersebut yaitu:

1.      Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain.

2.      Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup.

3.      Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.

4.      Suasana demokratis disekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mendiri, menghargai pendapat orang lain.

5.      Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.

6.      Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.

7.      Pemberian remedial dan diangnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan jika diperlukan.[11]

D.    Indikator-indikator dalam Menciptakan Pembelajaran Efektif

Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan pembelajaran tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Bagaimana kita dapat menentukan pembelajaran yang efektif? Tentunya memerlukan indikator untuk mengukurnya. Menurut Wotruba dan Wright berdasarkan pengkajian dan hasil penelitian, mengidentifikasi 7 (tujuh) indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran yang efektif.

1.      Pengorganisasian Materi yang Baik

Pengorganisasian adalah bagaimana cara mengurutkan materi yang akan disampaikan secara logis dan teratur, sehingga dapat terlihat kaitan yang jelas antara topik satu dengan topik lainnya selama pertemuan berlangsung. Pengorganisasian materi terdiri dari:

a.       Perincian materi,

b.      Urutan materi dari yang mudah ke yang sukar,

c.       Kaitannya dengan tujuan.[12]

Pengorganisasian materi yang baik sebenarnya sudah dapat tercermin dalam perumusan tujuan dan pemilihan bahan atau topik pada saat kegiatan pra-instruksional, yaitu membuat rencana pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik tentunya tidak dilakukan dengan banyak penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan semula, kecuali kalau rencana itu telah ditentukan secara luwes, seperti membahas tentang perkembangan mutakhir dalam masyarakat yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Pengorganisasian materi pelajaran merupakan wewenang Anda sebagai pengajar. Oleh karena itu, yang dapat menilai apakah pembelajaran telah diorganisasikan dengan baik adalah para sejawat dalam bidang studi ' yang bersangkutan, kepala sekolah, dan siswa Anda sendiri. Para siswa seringkali mempunyai posisi terbaik dalam melakukan penilaian, karena mereka dapat membandingkan secara langsung pengajar yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan teman sejawat atau kepala sekolah mungkin menilai berdasarkan data atau persiapan yang dilakukan oleh pengajar yang bersangkutan. Menurut Reigeluth, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru pada tahap kegiatan inti adalah:

1)      Membagi materi dalam beberapa pokok bahasan atau topik, kemudian memberi penjelasan singkat tentang kaitan antar topik dan memberitahukan jika uraian memasuki topik berikutnya;

2)      Menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa disertai dengan contoh;

3)      Menuliskan kata-kata kunci, dengan demikian siswa dapat melihat dengan jelas struktur materi yang disajikan;

4)      Setelah topik selesai, dapat dilanjutkan dengan mengadakan evaluasi singkat, untuk mengetahui daya serap siswa, kemudian dapat dilanjutkan dengan topik berikutnya;

5)      Membedakan antara hal yang pokok dengan tambahan, siswa diberi tahu bagian pokok materi yang merupakan bagian penting, sedangkan yang lainnya adalah pelengkap saja.

6)      Memberi tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyajian materi adalah bagaimana kemampuan daya serap peserta didik. Daya serap tersebut bertalian erat dengan motivasi dan kesiapan belajar mereka. Motivasi peserta didik dipengaruhi oleh minat dan perhatian, yaitu hubungan materi pelajaran dengan harapan dan kesiapan belajar sebelumnya.

Kesiapan belajar individu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, keterampilan membaca dan mendengar, tingkat pendidikan yang telah dicapai, dan tingkat kesulitan materi. Pengorganisasian materi juga mencakup faktor penunjang lainnya yang digunakan selama proses penyajian. Faktor penunjang tersebut antara lain, yaitu penggunaan media, sikap, gerak-gerik mengajan, dan cepatlambat penyajian.

Pengorganisasian materi untuk setiap pertemuan selalu dibagi dalam tiga bagian tahapan kegiatan mengajar, yaitu[13]:

a.       Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan, guru menerangkan alasan-alasan mengapa pokok bahasan tersebut perlu dibicarakan dan kaitannya dengan materi yang telah dijelaskan. Faktor lain yang tak kalah penting harus dilakukan pada kegiatan pendahuluan adalah menimbulkan motivasi dan menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh peserta didik jika mempelajari materi tersebut. Menurut Underwood (2000) beberapa hal yang perlu diperhatikan pada bagian kegiatan pendahuluan terutama untuk di kelas adalah:

1)      Pada saat memasuki kelas, upayakan Anda sudah dilengkapi dengan segala sesuatu yang diperlukan. Kelangsungan pembelajaran akan terganggu jika guru harus pergi meninggalkan kelas untuk mengambil sesuatu yang tertinggal;

2)      Pandanglah sepintas sekeliling kelas untuk melihat apakah kelas sudah siap. Apakah pintu dan jendela sudah tertutup atau terbuka sesuai dengan kehendak Anda? Apakah papan tulis, overhead projector atau media lainnya yang akan digunakan sudah bersih? Jika belum mintalah siswa untuk membantu;

3)      Lihatlah sekeliling untuk melihat di mana siswa Anda duduk, apakah susunannya sudah sesuai dengan kehendak Anda? Bisakah Anda mengubah susunannya? Dapatkah Anda mendekat kepada siswa Anda (untuk menjawab pertanyaan, melihat pekerjaannya, dan sebagainya)? Apakah Anda perlu meminta siswa Anda untuk menyingkirkan benda-benda yang tidak diperlukan dari meja mereka?;

4)      Pastikan Anda sudah siap sebelum memulai pelajaran. Aturlah buku, kertas, dan sebagainya sehingga Anda dapat mengambilnya dengan mudah jika Anda memerlukannya. Seorang guru yang gugup cenderung tergesa-gesa untuk memulai pelajaran;

5)      Buatlah awal yang pasti dan jelas. Berilah salam kepada seluruh siswa Anda dan Anda siap untuk memulai pelajaran.

b.      Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan 'inti dari setiap pertemuan, dengan demikian pengajar harus mengadakan persiapan yang matang, menguasai dengan baik semua materi yang akan disajikan memberikan contoh dan ilustrasi yang jelas. Untuk tidak menimbulkan kesulitan pada peserta, maka selama menyajikan pokok-pokok utama yang penting, Anda dapat memberi kesempatan kepada siswa Anda untuk mengajukan pertanyaan atau bila perlu Anda sendiri yang mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan gambaran tentang daya serap siswa Anda.

c. Penutup

Setiap penyajian selalu diakhiri dengan kegiatan penutup. Perlu diperhatikan bahwa pada tahap penutup selalu diharapkan pada persoalan kritis, karena perhatian dan minat siswa sudah sangat merosot.

Pada kegiatan penutup jangan sampai diabaikan hanya karena masalah waktu. Pengajar harus berusaha agar tetap ada waktu yang tersedia untuk melakukan kegiatan penutup. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bila kegiatan penutup ini belum selesai diberikan padahal tanda waktu pembelajaran sudah berbunyi, sehingga perhatian siswa sudah tidak ada lagi. Kegiatan penutup mempunyai fungsi sebagai berikut:

1)      Memberikan rangkuman kembali mengenai semua materi yang telah dibahas, bila pokok bahasan tersebut diberikan dalam dua pertemuan, maka bagian penutup itu juga mencakup materi yang diberikan dalam pertemuan pertama;

2)      Mengaitkan pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya;

3)      Memberikan post test (jika ada) yang bertujuan mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah disajikan atau latihan latihan dan pekerjaan rumah yang harus dibuat untuk memantapkan teori;

4)      Mengingatkan siswa untuk mempersiapkan pokok bahasan berikutnya.

Seperti halnya dengan mengawali pelajaran, untuk menutup pelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran dapat efektif, yaitu:

1)      Kelola waktu dengan baik, jangan sampai materi yang diajarkan belum selesai, sedangkan waktu telah habis;

2)      Siswa diberi penugasan dengan adanya pekerjaan rumah, katakanlah di bagian akhir pelajaran, tetapi bukan beberapa detik sebelum pelajaran berakhir. Jika Anda memberikannya terlalu awal, akan memberi peluang kepada siswa untuk berusaha mengerjakannya selama pelajaran berlangsung. Sedangkan jika diberikan terlalu terlambat, maka tidak ada kesempatan siswa untuk bertanya mengenai tugas yang Anda berikan, dan siswa harus merasa yakin bahwa mereka dapat mengerjakan tugas tersebut; akhiri pelajaran sedikit lebih dini daripada terlambat, siswa-siswa Anda akan menghargai apabila pelajaran dapat berakhir tepat pada waktunya meninggalkan kelas dalam keadaan tertib, sebagaimana yang Anda harapkan ketika memasuki kelas. Anda dapat meminta bantuan salah satu siswa untuk menempatkan kembali barang-barang yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung ke tempatnya semula. Jika perlu Anda pun dapat membersihkan sendiri papan tulis; buat kesimpulan pada akhir pelajaran dan sebaiknya katakan sesuatu yang menandakan pelajaran telah selesai. Misalnya: “Demikian pelajaran kita hari ini, jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang telah kita sepakati bersama. Sampai berjumpa pada pertemuan berikutnya.[14]

2.      Komunikasi yang Efektif

Kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian media dan alat bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efekif dalam pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi), dan kemampuan untuk mendengar.

Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui menjelaskan secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis, rencana pembelajaran Yang jelas dan mudah dimengerti. Kemampuan seorang pengajar dalam berkomunikasi selain di depan kelas, juga sangat bermanfaat dalam seminar, diskusi kelompok bahkan dalam percakapan perorangan. Tentu saja keterampilan yang diperlukan dalam berbagai situasi tersebut akan berbeda.

Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima atau receiver, hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam komunikasi tersebut. Gangguan terjadi karena pesan-pesan yang disampaikan tidak begitu jelas atau tidak dideskripsikan dalam istilah yang mudah dimengerti. Mungkin pula hal tersebut teljadi karena faktor panca indera yang tidak dapat berfungsi dengan baik, Gangguan atau distorsi komunikasi dapat pula texjadi karena faktor emosional atau faktor sosial, contohnya adalah bila terjadi prasangka, maka komunikasi tidak akan betjalan dengan baik.

Jenis komunikasi lain yang sangat penting adalah komunikasi inter personal. Bagi seorang guru, membangun suasana hangat dengan para siswa dan antara sesama siswa sangatlah penting. Suasana saling menerima, saling percaya akan meningkatkan efektivitas komunikasi.

Sebagaimana halnya dengan pengorganisasian materi pelajaran, penilaian akan kemampuan berkomunikasi yang efektif ini juga dapat dilakukan dengan baik oleh para siswa. Para siswa dapat menilai dengan cepat.

a.       Apakah suara guru cukup jelas terdengar?

b.      Apakah guru berkomunikasi dengan penuh percaya diri atau ragu-ragu dan gugup?

c.       Apakah guru mampu menjelaskan sesuatu yang abstrak dengan baik dan menggunakan contoh yang konkret?

d.      Apakah materi pelajaran dapat dipahami dengan baik?[15]

3.      Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pelajaran

Seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar, jika telah menguasainya maka materi dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis. Seorang guru harus mampu menghubungkan materi yang diajarkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki para siswanya, mampu mengaitkan materi dengan perkembangan yang sedang tejadi Sehingga proses belajar mengajar menjadi “hidup”. Hal yang tak kalah pentingnya adalah bahwa seorang guru harus dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian yang relevan untuk dikembangkan sebagai bagian dari materi pelajaran.

Untuk dapat mengetahui sejauh mana guru dapat menguasai materi dengan baik, dapat dilihat dari pemilihan buku-buku wajib dan bacaan1 penentuan topik pembahasan, pembuatan ikhtisar, pembuatan bahan sajian, dan yang paling dapat dilihat dengan jelas adalah bagaimana guru dapat dengan tepat menjawab pertanyaan dari siswanya.

Penguasaan akan materi pelajaran saja tidak cukup, penguasaan itu harus pula diiringi dengan kemauan dan semangat untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para siswa.

4.      Sikap Positif terhadap Siswa

Menurut Wotruba dan Wright sikap positif terhadap siswa dapat dicerminkan dalam beberapa cara, antara lain:

a.       Apakah guru memberi bantuan, jika siswanya mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan?

b.      Apakah guru mendorong para siswanya untuk mengajukan pertanyaan atau memberi pendapat?

c.       Apakah guru dapat dihubungi oleh siswanya di luar jam pelajaran?

d.      Apakah guru menyadari dan peduli dengan apa yang dipelajari siswanya?

Sikap positif seperti ini dapat ditunjukkan, baik kepada kelas kecil maupun kelas besar. Dalam kelas kecil ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian pada orang per orang, sedangkan dalam kelas besar diberikannya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Bantuan kepada para siswa sebaiknya diberikan apabila mereka sudah berusaha sendiri, tetapi kemudian kurang berhasil. Bantuan seperti ini bukan berarti memecahkan masalah yang dihadapi siswa, melainkan memberikan sarattentang jalan keluarnya, memberikan dorongan, dan membangkitkan motivasi.

Secara lebih rinci Robert M . Mager mengemukakan tentang sikap positif terhadap siswa, yaitu:

1)      Menerima respons siswa, baik yang benar maupun yang salah, sebagai usaha untuk belajar. Kemudian diikuti dengan komentar: “Anda dapat mencoba kembali” dan menghindarkan komentar: “Saya heran Anda dapat melakukan kesalahan seperti ini!”

2)      Memberi ganjaran atau penguatan terhadap respons yang tepat. Setiap kesempatan dapat digunakan untuk mendorong siswa Anda yang telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan bukan hanya kepada yang berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan singkat dan sering, tanpa mengganggu jalannya pelajaran, misalnya dengan mengatakan ,bagus', “tepat” atau sekadar anggukan kepala atau acungan jempol. Di samping itu, sebuah komentar singkat pada sebuah tugas tertulis akan jauh memberi makna daripada hanya sebuah nilai;

3)      Memberi tugas yang memberikan peluang memperoleh keberhasilan. Pemberian tugas memang sangat penting, tetapi guru harus membantu siswanya menempatkan tugas dalam perspektif yang seharusnya. Tugas yang diberikan seharusnya sesuai dengan apa yang mereka pelajari, yang seharusnya Anda hindarkan adalah siswa menganggur karena tugasnya terlalu sulit atau tugas tersebut telah selesai dikerjakan. Jika tugas yang Anda berikan adalah tugas yang dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, maka berikanlah tugas yang menantang mereka untuk dapat diselesaikannya. Berikan tugas yang menarik dan dapat menggunakan sumber-sumber yang ada di lingkungan mereka, misalnya berikan kepada siswa Anda tugas mewawancarai berbagai sumber atau orang dengan profesi yang berbeda-beda, mintalah mereka menanyakan suka-duka menjalani profesi tersebut atau perjalanan mencapai profesi yang telah diraihnya. Pemberian tugas seperti ini, di samping menambah wawasan mereka juga memberi Mengarahkan siswa pada pengetahuan saat kegiatan pendahuluan dapat memberi pengaruh terhadap proses belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran juga tidak akan membosankan dan akan selalu meningkatkan rasa keingintahuan mereka;

4)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif. Jika pelajaran hanya berisi uraian yang membosankan dan siswa dibiarkan mendengarkan secara pasif, maka dengan cepat perhatian siswa akan melemah. Akibatnya siswa menjadi tidak mengerti apa yang disajikan. Hal ini dapat dicegah dengan mengadakan berbagai macam variasi. Variasi yang biasa di gunakan antara lain menggunakan lebih dari satu macam nada suara, berdiri atau duduk pada posisi yang berpindah-pindah. Kegiatan lainnya agar siswa dapat aktif adalah menugaskan siswa untuk melakukan sesuatu atau meminta siswa maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali materi yang telah dibahas, mengadakan tanya-jawab. Pada bagian tanya-jawab, guru harus memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang adil untuk mengajukan pertanyaan, tanpa seluruh kelas menjadi kehilangan perhatian;

5)      Mengendalikan perilaku siswa selama kegiatan berlangsung. Perilaku siswa yang kurang menyenangkan terjadi karena program pembelajaran kurang menarik perhatian sehingga menimbulkan masalah kedisiplinan. Aturan yang harus Anda pegang dalam melaksanakan disiplin adalah konsistensi. Jika aturan yang telah disepakati dilanggar oleh siswa, maka berilah sanksi sesuai dengan kesalahan yang telah dilakukannya.[16]

Untuk dapat mengendalikan perilaku siswa, faktor kewibawaaan memegang peranan penting. Kewibawaan menurut Suhaenah terbagi menjadi dua, yaitu kewibawaan akademik dan kewibawaan yang bersifat personal. Kewibawaan akademik dibangun dari penguasaan guru terhadap materi dan bagaimana cara menyampaikannya. Implikasi dari kewibawaan akademik ini adalah para guru harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, sehingga apa yang disampaikannya mutakhir, bermutu, dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika kewibawaan akademik telah dimiliki oleh guru, maka akan terjadi komunikasi dan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sedangkan kewibawaan personal terutama dilandasi oleh rasa percaya bahwa apa yang dilakukan oleh guru memang dilakukan dan dirancang secara profesional dan dapat dipertanggungiawabkan. Sebaliknya, kepercayaan dari guru kepada siswanya, bahwa mereka mempunyai niat yang baik dan berkeinginan untuk belajar akan menyebabkan proses belajar-mengajar berlangsung dengan efektif. Kehilangan perhatian dan adanya perilaku siswa yang tidak diinginkan merupakan hal yang dapat terjadi pada hampir di semua pelajaran.[17]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan mamfaat tertentu.

Prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran efektif yaitu perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau pengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan dan perbedaan individual.

Ciri-ciri pembelajaran efektif yaitu: pertama, belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Kedua, metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup. Ketiga, motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Keempat, suasana demokratis disekolah. Kelima, pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata. Keenam, Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain. Ketujuh, Pemberian remedial dan diangnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan jika diperlukan.

Indikator-indikator untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, yaitu pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan dan antusias terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap siswa, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang baik.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Djwiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo

Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid. Jogyakarta: Diva Press

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya

Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. 2007. Jakarta: PT Imtima

Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara

www.anekamakalah.com/2012/02/hakikat-pembelajaran-efektif (diakses pada tanggal 10 Desember 2018, Pukul 21.26 WIB)



[1] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,  (Jakarta: PT Imtima, 2007), hlm. 329

[2] Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 201

[3] Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid, (Jogyakarta: Diva Press, 2013) hlm.24

[4] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 142-143

[5] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), hlm. 56-57

[6] Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid, (Jogyakarta: Diva Press, 2013) hlm. 24

[7] Sri Esti Wuryani Djwiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hlm. 226-227

[8] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 149

[9]  Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajara, (Jakarta:Kencana, 2010), hlm. 320-321

[10] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 192-197

[11] www.anekamakalah.com/2012/02/hakikat-pembelajaran-efektif (diakses pada tanggal 10 Desember 2018, Pukul 21.26 WIB)

[12] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 174

[13] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm.175-177

[14] Ibid., hlm. 177-180

[15] Ibid., hlm. 180-181

[16] Ibid., hlm. 182-185

[17] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 186

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Pendidikan, Dasar, Tujuan, Tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangatpenting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yangmembermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertianpengertianyang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan oprasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan Islam mengandung makna nternalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tu...

ISMAIL RAJI AL FARUQI

  ISMAIL RAJI AL-FARUQI Ismail Raji al-Faruqi dilahirkan pada tanggal 01 Januari 1921 M di Jaffa yang terletak di negara Palestina, dan ia meninggal pada tanggal 24 Mei 1986 M.' Ayahnya bernama Abdul Huda Al-Faruqi yakni gadi (hakim) yang terpandang di negara Palestina, seseorang yang juga terpandang sebagai sosok yang taat kepada agama; dan dari ayahnya inilah, ditambahj juga dari pendidikan di masjid setempat, Faruqi menerima pembelajaran agama dengan baik, pendidikan  memang wajar bagi anak-anak Palestina pada umumunya . Waktu itu, Palestina masih tentram dan damai dalam naungan kekuasaan pemerintah Arab di Damaskus, meskipun juga sedang berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris. Sampai akhirnya orang-orang bangsa Yahudi berdatangan, mendirikan pemukiman sendiri, dan perlahan mulai menggrogoti dan mulai menguasai. Palestinapun mulai bergejolak . Ismail Raji Al-Faruqi merupakan sosok yang begitu mengagumi tanah airnya sendiri, Palestina, sebelum daerah tersebut dikuasai...

KONSEP MANUSIA DALAM HUMANISME DAN AL-QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang. Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya . Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah...