“Menapak Tilas
Permata Jahiliyah”
Kepercayaan
masyarakat Jahiliyah kala itu sangat memegang teguh kepercayaan yang dibawa
oleh Ibrahim Alaihissalam melalui dakwak Ismail, namu beberapa ajaran itu
lambat laun semakin terlupakan namun ada beberapa yang selalu diingat adalah
mengagungkan dan Memulikan Kakbah serta masyarakat masih sangat kuat dengan
ketauhidannya kepada Allah Swt. Penyembahan berhala (Paganisme) terjadi ketika
ada salah seorang yang memang terpandang dengan akhlak-akhlak yang agung
seperti perbuatan ma’ruf, bersedekah serta memiliki antusiasme yang tinggi
dalam urusan agama, ia adalah Amr Bin Luhay yang merupakan pemimpin Bani
Khuza’ah berkat semua perbuatan diatas membuatnya menjadi seseorang yang
disegani dan dicintai bahkan bisa dianggap sebagai seorang ulama besar dan wali
yang dimuliakan. Suatu ketika Amr Bin Luhay melakuka suatu perjalanan menuju
Syam. Di kota tersebut ia menyaksikan masyarakat setempat melakukan penyembahan
dan pengagungan pada berhala (Paganism), sehingga Amr Bin Luhay merespon hal
tersebut sebagai sesuatu yang positif
dan dianggap sebagai seuatu kebenaran karena didukung bahwa Syam
merupakan tanah air para rosul serta tempat diturunkannya kitab-kitab.
Sekembalinya dari kota syam ia membawa patung
Hubal dan di letakkan di dalam Kabah serta menyeru kepada penduduk
Makkah untuk melakukan kesyirikan kepada Allah. Ajakan Amr Bin Luhay di sambut
meriah oleh Masyarakat Makkah hal ini terjadi karena Amr Bin Luhay adalah orang
yang dimuliakan dan dipercaya. Beberapa waktu kemudian, penduduk Hijaz
mengikuti perbuatan yang dilakukan oleh penduduk Makkah karena Makkah merupakan
pusat Agamais yang menjadi patokan bagi seluruh Kota Makkah dan sekitarnya
karena mereka penduduk Makkah adalah para pengelola Baitullah dan Pemilik
Masjidil Haram. Kepercayaan ini semakin hari semakin meraja lela hingga
kelahiran Rasulullah Saw.
Masyarakat
Jahiliyah sudah tidak asing lagi dengan preseden hancurnya moralitas seperti
pelacuran, perempuan yang tidak memiliki posisi yang istimewa, maraknya
perbudakan, perjudian mengundi nasib, sihir serta pada hal-hal yang sangat
memprihatinkan yaitu menikahi Ibu-Ibu mereka, ayah-ayah mereka bahkan sampai
pada kondisi yang sangat menghawatirkan. Disamping masyarakat Jahiliyah
diketahui oleh halayak ramai bahwa masa itu adalah masa kebodohan yang
menyebabkan bobroknya nilai moralitas namun menyembunyikan permata didalam
genangan kotoran masa jahiliyah. Sebagaimana dijelaskan dalam Sirah Nabawiyyah
bahwa kondisi moralitas masyarakat Jahiliyah tidaklah sepenuhnya seperti apa
yang biasa kita dengar, namun deikian mereka juga mempunyai akhlak yang mulia
dan terpuji yang amat menawan dan menakjubkan bagi siapa saja. Adapun
akhlak-akhlak yang dimiliki oleh masyarakat Jahiliyah adalah:
1. Kemurahan Hati
Mereka berlomba-lomba memiliki sifat murah hati dan bahkan
berbangga-bangga dengannya. Hal ini tercermin ketika salah satu diantara mereka
kedatangan tamu disaat temperature udara demikian dingin dan perut merintih
kelaparan, dan disaat itu pula, ia tidak memiliki harta apa-apa selain unta
betina yang satu-satunya menjadi gantungan hidupnya dan keluarganya, namun
karena terobsesi dengan getaran kemurahan hati maka mereka bergegas untuk
berusaha menyuguhkan sesuatu bagi tamunya. Karenanya dia lantas menyembelih
satu-satunya unta miliknya untuk tamu tersebut. Di antara pengaruh sifat murah
hati tersebut membuat mereka lebih baik dan rela menanggung sebuah denda yang
besar dan beban-beban yang dahsyat demi upaya mencegah pertumpahan darah dan
melayangnya jiwa. Mereka berbangga atas hal tersebut dan menyombongkan diri di
hadapan orang lain, baik para tokoh maupun para pemuka.
Implikasi dari sifat tersebut mereka membanggakan diri dengan
meminum arak, hal ini sebenarnya bukanlah lantaran bangga dengan perbuatan itu
namun hal itu merupakan sarana menuju ketentraman sifat murah hati tersebut dan
sarana yang memudahkan menumbuhkan jiwa suka berfoya-foya. Maka dari itu mereka
membeikan nama pohon Anggur dengan Al
Karam (Kemurahan Hati) sedangkan arak yang terbuat dari anggu itu di
namakan binntul Karam (Putri
Kemurahan Hati).
Pengaruh lainnya dari sifat al Karam adalah menjadikan mereka sibuk dengan bermain judi dimana
mereka menganggap hal itu sebagai sarana
menuju sifat tersebut, karena dengan keuntungn yang didapatkan dari berjudi
akan dibagikan kepada fakir miskin. Sehingga Allah berfirman dalam Qs. Al
Baqaroh ayat 219 yang artinya:
“dan dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya.”
2. Menepati Janji
Janji bagi mereka seperti agama yang harus dipegang taguh. Dan
mereka tidak segan membunuh anak mereka bahkan menghancurkan rumah mereka demi
merealisasikan janji yang pernah mereka buat. ( Baca Kisah Hani’ Bin Mas’ud asy
Syaibani, As samau’al bin Adiya dan Hajib bin Zurarah at Tamimi).
3. Harga diri yang tinggi dan sifat pantang
menerima pelecehan dan kezhaliman
4.
Tekat yang pantang surut
Jika mereka mengganggap sesuatu itu adalah kemuliaan dan kebanggaan, maka tidak ada yang mampu untuk menahannya dan menyurutkan tekadnya, bahkan mereka akan nekad menerjang bahaya yang ada di depannya.
5.
Meredam kemarahan, sabar dan amat berhati-hati
Mereka menyanjung sifat-sifat ini hanya saja keberadaannya seakan terselimuti oleh amat berlebihannya sifat pemberani dan langkah cepat untuk berperang.
6. Gaya hidup lugu dan polos ala Badui dan belum
terkontaminasi oleh peradaban dan pengaruhnya
Implikasi dari gaya hidup semacam ini adalah timbulnya sifat jujur, amanah serta anti menipu dan khianat.
Sumber : Syaikh Shafiyyurrahman al- Mubarakfuri “Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad Saw dari Kelahiran hinga detik-detik terakhir” (Terj. Hanif Yahya, Lc. Et. Al, Muraja’ah Abu Bakar Muhammad Altway, Lc. et. al. Penerbit DQ (Darul Haq, Jakarta).
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik, bijak dan konstruktif !