Langsung ke konten utama

Metode Hafalan


BAB II PEMBAHASAN
A.    METODE HAFALAN
1.      Pengertian Metode Hafalan
Metode berasal dari kata methoddalam bahasa Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.  Selain itu, metode berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu dari kata “metha” dan “hodos”. Metha berarti melalui atau melewati, sedangkan kata hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui atau dilewati untuk mencapai tujuan tertentu.
Kata menghafal juga berasal dari kata  حفظا – يحفظ – حفظ yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi.[1] Dalam kamus Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.[2] Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori. Dimana apabila mempelajarinya maka membawa seseorang pada psikologi kognitif, terutama bagi manusia sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.
Metode hafalan (makhfudzat) adalah suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan peserta didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufradat) atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah.[3]
       Tujuan metode ini adalah agar peserta didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya kognisi, ingatan, dan imajinasi. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-A’la/87: 6-7.
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7)
Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (QS. Al-A’la/87: 6-7)
Dari ayat tersebut di atas jelaslah bahwa pentingnya mengulang ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dihafal. Dengan demikian metode hafalan bertujuan untuk memperkuat ingatan yang telah untuk dapat diulang kembali.
2.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Hafalan
Cara-cara yang dilakukan Rasulullah saw. dalam memberikan pelajaran Al-qur’an dengan metode hafalan yaitu:
a)      Anak didik (sahabat) harus betul-betul menyimak bacaan Al-qur‘an pengajamya untuk kemudian mencoba membaca ulang hingga bacaannya sempurna dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan penekanan-penekanannya.
b)      Anak didik cukup menyimak bacaan pengajarnya kecuali pengajar merasakan bahwa anak didik sukar mengikuti bacaannya. pengajar harus mengikuti bacaannya. pengajar harus menghentikan bacaannya dan kembali mengulang hingga anak didik mampu mengikuti bacaan selanjutnya.
c)      Anak didik mencoba membaca sendiri dan pengajar menyimaknya dan meluruskan kesalahan baca anak didiknya

3.      Kelebihan Metode Hafalan
Adapun kelebihan metode hafalan, antara lain:
a)      Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.
b)      Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan mudah hilang karena sudah dihafalnya.
c)      Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan, keberanian dan percaya diri.
d)     Belajar dengan cara menghafal adalah sederhana dan mudah.
e)      Sebagai solusi ketika terjadi kecemasan atau perasaan tidak mampu menguasai dalam memahamimateri pelajaran, dapat mencoba dikuasai dengan menghafalkannya.[4]

4.      Kekurangan Metode Hafalan
Adapun kekurangan metode hafalan, antara lain:
a)      Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa yang dihafalnya saja.
b)      Tidak dapat berargumen menurut pemahamannya sendiri. Karena argumen yang ia sampaikan di sekolahnya hanya dari hasil menghafal materi pelajaran.
c)      Kesulitan menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya. karena tidak terbiasa.
d)     Terkadang menghafal hanya bersifat sementara di otak. Karena biasanya ingatannya hanya digunakan dan diperlukan ketika akan menghadapi ulangan saja. Setelah itu terabaikan.
e)      Menghafal materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.
f)       Kurang tepat diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang berbeda-beda dan membutuhkan perhatian yang lebih.
Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan dalam menerapkan metode menghafal, yaitu:
a)      Apa saja yang akan  dihafalkan oleh siswa sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan dan diterangkan oleh guru sehingga siswa benar-benar memahami materi pelajarannya. Jangan sampai siswa hanya menghafal sedangkan ia belum paham.
b)      Menghafal harus diberi latar belakang dan penjelasan yang cukup. Dengan demikian bahan tersebut akan lebih mudah dihafal dan mudah diingat.
c)      Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya menghafal, karena untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan keinginan untuk mengingat sesuatu.
d)     Menentukan teknik yang lebih efektif, menghafalkan keseluruhan atau bagian-bagian yang penting saja(mind map).[5]

B.     METODE BERMAIN PERAN
1.      Pengertian Metode Bermain Peran (Role Playing)
Pembelajaran berdasarkan pengalaman yang menyenangkan di antaranya adalah role playing (bermain peran), yakni suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Metode bermain peran atau role playing adalah salah satu proses belajar yang tergolong dalam metode simulasi.[6]
Metode role playing (bermain peran) juga dapat diartikan suatu cara penguasaan bahan-bahan melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan membuat anak didik lebih meresapi perolehannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode bermain peran ini adalah penentuan topik, penentuan anggota pemeran, pembuatan lembar kerja (kalau perlu), latihan singkat dialog (kalau perlu) dan pelaksanaan permainan peran.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi: kemampuan bekerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.[7]
Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan mengenai penerapan metode bermain peran (role playing) yaitu QS. Al-Maidah/5:27-31.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27) لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ (28) إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ (29) فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (30) فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ (31)

“Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mem­persembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." "Sungguh, kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dari dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itu­lah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk mem­perlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya dia menguburkan mayat saudaranya. Berkata (Qabil), "Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu, jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” (QS. Al-Maidah/5:27-31)

2.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing)
Dalam menyiapkan suatu situasi Role Playing di dalam kelas, guru mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Memilih masalah, guru mengungkapkan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesainnya.
b)      Pemilihan peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
c)      Menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat naskah bermain peran sendiri.
d)     Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain.
e)      Pemeranan, pada tahap ini siswa mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing dan sesuai apa yang terdapat pada skenario bermain peran.
f)       Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa.
g)      Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan.[8]

3.      Kelebihan Metode Bermain Peran (Role Playing)
Dari pemaparan tahap-tahap penggunaan metode role playing di atas dapat dilihat beberapa kelebihan metode bermain peran, antara lain:[9]
a)      Memberikan pengalaman yang tak terlupakan
b)      Menumbuhkan imajinasi siswa
c)      Mendorong kreatifitas siswa
d)     Meningkatkan potensi seni yang dimiliki siswa
e)      Melibatkan seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran
f)       Siswa bebas mengambil keputusan dan berkreasi secara utuh
g)      Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan saat melakukan role play
h)      Role play pada hakekatnya adalah sebuah permainan yang mudah sehingga bisa digunakan pada situasi dan waktu yang diinginkan.

4.      Kelemahan Metode Bermain Peran (Role Playing)
Dari pemaparan tahap-tahap penggunaan metode role playing di atas dapat dilihat beberapa kelemahan metode bermain peran, antara lain:[10]
a)      Role playing memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak 
b)      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun siswa dan ini tidak semua guru memilikinya.
c)      Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu
d)     Apabila pelaksanaan role playing atau bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
e)      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

C.    METODE DEMONSTRASI
1.      Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagamana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan metode demonstrasi guru ata murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas sesuatu proses, minsalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/ contoh Rasulullah SAW.
2.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Demonstrasi
Adapun langkah-langkah dalam penggunaan metode demonstrasi, antara lain:
a)      Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untk berfikir, minsalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka teki sehingga mendorong peserta didik untuk tertarik memperhatikan demonstransi
b)      Ciptakan suasana yang menyejkan dengan menghindari suasana yag menegangkan
c)      Yakin bahwa semua peserta didik mengikuti jalan nya demonstrasi dengan memperhatikan seluruh reaksi peserta didik
d)     Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif memkirkan lebih lanjut sesuai apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. [11]

3.      Kelebihan Metode Demonstarasi
Adapun kelebihan dalam metode demonstrasi, antara lain:
a)      Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam
b)      Perhatian ana didik akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstaraikan, jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
c)      Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu problem yang bersifat demonstratif, maka mereka akan memproleh pengalaman yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam penegembangan kecakapan.
Dari beberapa kelebihan metode demonstarsi diatas dapat kita ambil beberapa contoh terutama dalam bidang pelaksanaan ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat, rukun haji dan lain-lain.
Apabila teori menjalankan shalat yang betul dan baik telah dimiliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murid. Atau dapat juga dilakukan, guru memilih seseorang murid yang paling terampil, kemudian dibawah bimbingan guru disuruh mendemonstrasikan cara shalat yang baik di depan teman-temannya yang lain.
Pada saat anak didik mendemonstarsikan shalat, guru harus mengamati langkah demi langkah dari setiap gerak gerik murid tersebut, sehingga ketika ada segi-segi yang kurang, guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya, akan memberi kesan yang dalam pada diri anak didik, karena guru berarti telah memberi pengalaman kepada anak didik, baik bagi anak didik yang menjalankan demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya. Dengan tambahan pengalaman tersebut akan menjadi dasar penegembangan kecakapan dan keterampilan dari anak didik yang kita ajar.[12]
4.      Kekurangan Metode Demonstrasi
Adapun kekurangan dalam metode demonstrasi, antara lain:
a)      Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa teori dengan cara khusus, arena tanpa ditunjang dengan hal itu pelasanaan demonstrasi tidak efektif
b)      Fasilitas seperti peralatan, tempat, da biaya yang memadai tidak selalu ersedia dengan baik
c)      Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerukan watu yang cukup panjang, yag mungkn terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. Sehingga dalam melakukan metode demonstrasi ini kita perlu mengkombinaskan dengan metode lain sehingga bias saling melengkapi.[13]




[1]Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuhryah, 1990).  Hlm. 105.
[2]Desy anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Surabaya: Amelia, 2003).  Hlm. 318.
[3]Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006). Hlm. 209
[4]Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: RemajaRosda Karya, 2003). Hlm. 190
[5]S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000). Hlm. 61.
[6]      Mulyono. Strategi Pembelajaran. (Malang: UIN Maliki Press, 2012). Hlm. 44
[7]      Syaiful Bahri Djamarah. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005). 237-238
[8]      Jumanta Hamdayama. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Hlm. 191
[9]      Acep Yoni dan Sri Rahayu Yunus. Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif dan Disenangi Siswa. (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2011). Hlm. 111.
[10]      Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006). Hlm. 88
[11]Zakiah, Daradjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Bumi Aksara, Jakarta:2011). Hlm. 307.
[12]Ibid., Zakiah, Daradjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011). Hlm, 296-298.
[13]Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipa, 2010). Hlm 90.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Pendidikan, Dasar, Tujuan, Tugas dan Fungsi

PENDAHULUAN Dalam pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangatpenting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yangmembermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan,sehingga dapat dipahami atau diserap oleh peserta didik menjadi pengertianpengertianyang fungsional terhadap tingkah lakunya. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Antara metode, kurikulum (materi) dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi ideal dan oprasional dalam proses kependidikan. Oleh karena itu proses kependidikan Islam mengandung makna nternalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi peserta didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman bertakwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntunan agama dan tu

KONSEP MANUSIA DALAM HUMANISME DAN AL-QUR’AN

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang. Membicarakan tentang manusia adalah tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah kering dan berakhir. Manusia telah mampu memahami dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secaraa utuh. Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutannya . Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusiadengan berkaca pada psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya dengan tuhan saat di alam rahim. Oleh karena itulah makalah ini akan memb

Pengertian Pendidik

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam mempelajari   keguruan maka kita tidak akan terlepas dari pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan komponen yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya terutama pendidik sangat mempunyai peran penting di dalamnya. D engan pendidik tersebut , dunia kependidikan dapat menciptakan generasi-generasi yang intelektual. Ketika kita berbicara tentang pendidik, maka kita tidak akan terlepas dengan kompetensi dan kualifikasi yang harus ada dalam pendidik tersebut. Dengan adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, maka secara tidak langsung seorang pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi ilmu yang sesuai dengan keahliannya. Sehingga dalam makalah ini kami akan memaparkan materi tentang pendidik, apa saja kempetensi-kompetensi dan kualifikasinya. B.      Rumusan Masalah 1.       Apakah pengertian pendidik ? 2.       Apa saja kompetensi-kompetensi yang di miliki oleh pen