PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai
kompetensi keguruan, dan melaksanakan fungsinya sebagai guru. Dalam
proses pembelajaran seorang guru membutuhkan metode yang tepat dalam proses
belajar mengajar agar mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
seorang siswa dan tercapainya tujuan belajar yang efektif.
Begitu
juga dalam proses pembelajaran agama Islam yang memerlukan metodik khusus untuk
penyampaian materi belajar tertentu dalam Pendidikan Agama Islam agar siswa
dapat mengetahui, memahami, mempergunakan, dengan kata lain dapat menguasai
materi pembelajaran dengan cepat. Dalam hal ini kami ingin memaparkan pengertian
Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, ruang lingkup, tujuan dan manfaatnya
dalam pendidikan agama Islam. Adapun tujuan dari penilisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian MKPAI, untuk
mengetahui ruang lingkup MKPAI dan untuk
mengetahui tujuan dan manfaat MKPAI
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
METODIK KHUSUS
Secara harfiah ”metodik” itu berasal
dari kata "metode" (method).
Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja
ilmu pengetahuan. Ia merupakan jawaban atas pertanyaan ”Bagaimana”. Metodik
('methodentic) sama artinya dengan metodologi, (methodology),[1]
adalah bentukan dari dua kata “metode” dan
“logi. Kata “metode” berasal dari
kata Yunani, methodos, yang berarti
cara atau jalan, sedangakan afiks ”logi” adalah derivate dari kata logos, suatu istilah dalam dunia
Filsafat yang pengertiannya berhubungan dengan ilmu, pengetahuan, doktrin, atau
teori.[2]
Dalam
bahasa Inggris ada kata way dan ada kata method. Dua kata ini sering
diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya yang lebih layak
diterjemahkan cara adalah kata way itu, bukan kata method.
Metode ialah istilah
yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian "cara yang paling tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu.” Ungkapan "paling tepat dan cepat” itulah
yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris.
Karena metode berarti
cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu metode harus
diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu
merupakan hasil eksperimen. Kita tahu, sesuatu konsep yang dieksperimenkan
haruslah telah lulus uji teori, dengan kata lain suatu konsep yang telah
diterima secara teoretis yang boleh dieksperimenkan.[3]
Seperti dikatakan di atas bahwa
metodologi adalah cara atau langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. M. Santra Praja mengartikan metode :
ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. JS. Badudu dan Sutan M. Zaini
metode disebut dengan pengajaran atau penelitian. Dalam bahasa arab diartikan
dengan thariqah, manhaj dan wasilah. Dalam Kamus Bahasa Indonesia metodologi
diartikan suatu untuk mengungkapkan cara yang paling cepat dan tepat dalam
melakukan sesuatu atau dengan kata lain cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode menurut istilah adalah ajaran
yang memberi uraian, Penjelasan, dan penentuan nilai. Hugo F. Reading
mengatakan metode adalah kelogisan penelitian ilmiah, sistem tentang prosedur
dan teknik riset. Metode adalah suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem
dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
Dalam berbagai penelitian ilmiah, langkah-langkha pasti harus ditempuh agar
kelogisan penelitian ilmiah benar-benar nyata dan dapat dipercaya semua
masyarakat. Dalam penggunaan metodologi Abraham Kafflan membedakan metodologi
dalam empat macam penggunaan:
1. Teknik-teknik
atau prosedur yang digunakan dalam ilmu pengetahuan (science) atau dalam
konteks penelitian seperti survey, statistik, interview, analisis fakta dll.
2. Basabasi
(honorific) menerangkan apa itu metode pengetahuan yang digunakan”, tanpa
penjelasan lebih lanjut (konsep yang belum jelas)
3. Epistimologi
(teori pengetahuan) atau terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan.
Metodik dapat pula dibagi kepada dua
macam yaitu : (1) Metodik Umum, dan (2) Metodik Khusus.
Metodik Umum membicarakan cara mengajar
pada setiap mata pelajaran pada umumnya, seperti : cara mengajar agama, bahasa,
sejarah, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Di dalam
ilmu itu dibicarakan juga berbagai metode mengajar yang dapat digunakan
pendidik dalam kegiatan pembelajaran.
Metodik Khusus, membicarakan bagaimana
menyajikan bahan pelajaran tertentu kepada peserta didik tertentu. Misalnya;
metodik khusus mengajarkan agama di SD, berbeda dengan di SLTP, berbeda pula
dengan SMA, dan berbeda lagi dengan perguruan tinggi.[5]
Metodik pengajaran agama islam ialah
suatu cara menyampaikan bahan pelajaran agama Islam. Jika metodik tersebut
dihubungkan dengan kata “khusus”, maka ia berarti suatu cara khusus yang telah
dipersiapkan dan dipertimbangakan untuk di tempuh dalam pengajaran keimanan,
ibadat, akhlak dan berbagai mata pelajaran agama Islam lainnya.[6]
Marilah Kita lihat beberapa ayat
Al-Quran yang dapat di jadikan petunjuk dalam membicarakan metode megajar ini :
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا
قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ
إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ(19)
Artinya : “(16) Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca)
Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.(17) Sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(18) Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(19) Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (Q.S Al-Qiyamah:16-19).
Ayat Al Qur’an ini memberikan gambaran kepada kita
tentang metode mengajar dalam suatu peroses belajar. Semua bahan pelajaran yang
hendak di ajarkan haruslah dikuasai oleh guru sebaik-baiknya. Metode resitasi
atau metode pengulangan dapat digunakan.
Secara lahiriah memberi suatu petunjuk tentang metode
mengajar. Bahwa pelajaran yang utama adalah pelajaran membaca. Didalam
pelajaran membaca terkandung makna hendak memberikan pengetahuan. Pengetahuan
yang mula-mula diketahui oleh manusia ialah nama. Nama adalah symbol pengetahuan
permulaan, dan dari mengenali nama, orang dapat membuat pengertian atau konsep
ilmu pengetahuan. Ingatlah pula ayat Al-Quran yang mengatakan :
“Bahwa Allah Mengajar Nabi Adam akan segala nama yang
membuat ia lebih berpengetahuan dari malaikat”.
Kalau kita perhatikan urutan kata demi kata didalam ayat
Al-Qur’an itu dapatlah diambil sesuatu pelajaran bahwa dalam memilih nama itu
perlu pula diperhatikan rangkaian keutamaannya. Nama yang paling utama ialah
“Allah”, kemudian “Khaliq”, Kemudian nama “Akram” dan kemudian nama “Alim”.[7]
Jadi Metodologi pengajaran agama
Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama
Islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.[8]
B.
Ruang
Lingkup dan Tujuan Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam
Ruang
lingkup pengajaran agama Islam itu luas sekali meliputi seluruh aspek
kehidupan.[9] Pendidikan
Islam merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain, karena pada dasarnya Pendidikan Islam merupakan tranformasi nilai-nilai
Islam sebagai substansi dan implikasi
dari segala aspek kehidupan. Menurut Abu Ahmadi, dalam bukunya “Didaktik dan
Metodik” mengatakan, bahwa ruang lingkup Pendidikan Islam pada dasarnya mengacu
kepada lima hal seperti di bawah ini:
1.
Perencanaan
Perencanaan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan suatu aktivitas. Di masa
tahun 1975 secara umum digunakan Lesson Plan yang mengambil bentuk satuan
pelajaran atau yang sering dikenal dengan sebutan Satpel. Hampir semua sekolah
menggunakannya, tapi ada juga lesson plan yang dibuat dalam bentuk modul. Oleh
karena itu, perlu adanya modal dasar untuk membuat lesson plan dalam model
apapun. Hal ini diperlukan sebagai bukti bahwa guru memiliki kemampuan teoritis
dan kompeten di bidangnya.
Model dasar ini membicarakan teori-teori
dasar sebagaimana yang diungkapkan oleh Gleyser tentang contoh gambar Basic
Teaching Model, yaitu:
a.
Instructional
Objective, adalah tujuan pengajaran yang di dalamnya terdapat
Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Tujuan ini harus dirumuskan secara spesifik
dan operasional, Contoh rumusan yang spesifik adalah: siswa dapat membaca dan
menerjemahkan surat al-fatihah maka kekhususannya meliputi: a). Siswa dapat
membaca surat al-fatihah, dan b). Siswa dapat menerjemahkan surat al-fatihah.
Rumusan operasional adalah tujuan yang dapat digunakan secara langsung dalam
pengajaran. Menurut Ralp Tyler bahwa rumusan ini dapat membantu guru dalam
proses belajar mengajar dan dalam menyiapkan evaluasi (pretest dan posttest).
Maka tujuan ini tidak boleh menyimpang dari tujuan pendidikan.
b.
Entering
Behavior, ini menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki
siswa sebelum memperoleh tingkah laku yang baru sebagaimana tercantum dalam
TIK. Enteringbehaviour adalah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan
keterampilan siswa dalam hubungan dengan tujuan Instruksional khusus (TIK).
c.
Instructional
procedure adalah bagian yang berkenaan dengan perencanaan
pengajaran. Bagian ini harus menjelaskan langkah langkah interaksi yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagian ini
merupakan puncak kerumitan pengajaran. Kerumitan ini disebabkan banyaknya teori
yang harus dipertimbangkan terutama tentang teori belajar.
d.
Performance
Assessment, adalah bagian atau tahapan evaluasi
untuk mengetahui apakah proses belajar-mengajar itu telah mencapai tujuan dan
atau seberapa jauh tujuan tersebut telah tercapai. Evaluasi dalam model Gleyser
menitikberatkan pada kegunaan sebagai upaya mencari keterangan dalam
memperbaiki rencana pembelajaran bukan untuk mengetahui prestasi murid.
2.
Bahan
Pembelajaran
Bahan
disebut juga dengan materi yaitu, sesuatu yang diberikan kepada siswa saat
berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM). Melalui PBM siswa diantarkan
kepada tujuan pembelajaran. Bahan pengajaran dapat dibedakan menjadi beberapa
kategori, yakni: fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Kesemuanya dirumuskan
sedemikian rupa dalam bahasa yang jelas dan diproyeksikan untuk mencapai tujuan
pengajaran atau Instruksional dengan menetapkan bahan pelajaran.
3.
Strategi
Pembelajaran
Strategi
yang berarti “Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus” adalah tindakan guru dalam
melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan
beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat, serta
evaluasi). Dengan kata lain strategi mengajar adalah taktik yang digunakan
dalam melaksanakan/ praktek mengajar di kelas. Nilai guna yang didapatkan bagi
guru adalah agar tercapainya tujuan melalui kegiatan yang terprogram.
4.
Media
Pembelajaran
Media
disebut juga dengan alat yaitu sarana yang dapat membantu PBM atau menetapkan alat
penilaian yang paling tepat untuk menilai sasaran (anak didik) tersebut. Dalam
hal ini alat evaluasi terdiri dari dua bagian meliputi: a). Tes (tes lisan,
tulisan, dan tindakan); b). Non Tes (observasi, wawancara, studi kasus, skala
penilaian, cheeklist, inventory)
5.
Evaluasi
Evaluasi
atau penilaian pada dasamya adalah memberikan pertimbangan atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan
dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut
dinamakan penilaian hasil belajar.
Fungsi
penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam PBM adalah sebagai berikut: a).
Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran, dalam hal ini adalah TIK; b).
Untuk mengetahui keefektifan PBM yang telah dilakukan guru, dalam hal ini
sangat diharapkan kompeten dalam mengajar.
Beberapa
pertimbangan dalam perencanaan pengajaran antara lain:
1.
Tujuan, terdiri
dari: a). Tujuan pendidikan umum, b). Tujuan pendidikan nasional, c). Tujuan
pendidikan institusional, d). Tujuan kurikuler, dan e). Tujuan Instruksional
(umum, dan khusus).
2.
Bahan
pengajaran, seorang harus menguasai bahan pengajaran sekurang-kurangnya bahan
pengajaran untuk tingkat atau jenis sekolah yang akan menggunakan lesson plan
tersebut. Guru yang akan membuat lesson plan agama Islam untuk tingkat SLTP
harus benar-benar menguasai bahan pelajaran Agama Islam yang akan diajarkan
pada tingkat SLTP. Bahan pengajaran Agama Islam di SLTP harus diketahui
sifat-sifatnya yang khas, bagian-bagiannya yang sulit dan yang mudah,
bagian-bagian yang dapat dihubungkan dengan pengetahuan dan informasi,
kebudayaan, dan IPTEK.
3.
Teori
pendidikan, adalah teori yang secara langsung perlu diterapkan dalam membuat
lesson plan (perencanaan). Teoriteori yang dimaksud misalnya tentang perlunya
pembiasaan, pemberian hadiah, ganjaran, pujian, pemberian larangan, hukuman dan
perlunya contoh-contoh kebaikan dalam pendidikan, dan lain-lain. Penerapan
teori ini dalam lesson plan barang kali tidak secara tegas kapan guru harus
menguji siswa yang selalu melaksanakan tugas dengan baik dan benar, kapan guru
harus memberikan hukuman yang mendidik, dan lain-lain. Pendek kata, guru tidak
hanya mengajar, juga harus dilakukan dengan memberikan contoh yang baik melalui
pembiasaan, pujian, hadiah, dan lain-lain.[10]
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik
dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam karena materi yang terkandung di
dalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan agama
Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah:
a. Pengajaran
keimanan.
Pengajaran keimanan berarti proses belajar-mengajar
tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran
Islam, inti dari pengajaran ini tentang rukun Islam.
b. Pengajaran
akhlak.
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang
mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya,
pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang
diajarkan berakhlak baik.
c. Pengajaran
ibadah.
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala
bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar
siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah
dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
d. Pengajaran
fiqh.
Pengajaran fiqh adalah pengajaran yang isinya
menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hokum Islam yang bersumber
pada al-Qur’an, Sunnah, dan dalil-dalil Syar’I yang lain. Tujuan pengajaran ini
adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hokum-hukum Islam dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pengajaran
al-qur’an.
Pengajaran al-Qur’an adalah pengajaran yang
bertujuan agar siswa dapat membaca al-Qur’an dan mengerti arti kandungan yang
terdapat di setiap ayat-ayat al-Qur’an. Akan tetapi dalam prakteknya hanya
ayat-ayat tertentu yang dimasukkan dalam materi pendidikan Agama Islam yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
f.
Pengajaran
sejarah Islam.
Tujuan
pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang
pertubuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang
sehingga siswa dapat engenal dan mencintai agama Islam.
Pendidikan
agama mempunyai peran penting dalam pembinaan aqidah dan akhlak dan juga
merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat yang baik, yaitu
masyarakat yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta
kasih dan tolong menolong.[11]
C.
Manfaat
Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi Pendidikan Islam memiliki
nilai manfaat bagi setiap guru atau pendidik yang bergelut di dunia pendidikan.
Ini diperlukan agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) tidak
menjadi sia-sia. Namun untuk lebih jelasnya berikut ini akan dikemukakan
beberapa manfaat dari pemakaian metodologi pendidikan Islam, yaitu:
1.
Sebagai alat
yang diperlukan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya pula.
2.
Untuk mengetahui
sifat dan ciri khusus dari macam-macam mata pelajaran, hakikat anak didik, dan
lain-lain. Dengan demikian, akan dapat mengetahui metode dengan sifat khusus
dari suatu mata pelajaran sekaligus perkembangan dan kemampuan anak didik.
3.
Sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan pilihan metode mengajar: a). Latar belakang
sosial siswa dan lingkungan keluarga, b). Penggunaan waktu seefektif mungkin
dengan materi yang ada sehingga dapat disesuaikan dan memadai, c). Sebagai
strategi persiapan guru dalam mengajar di tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
4.
Mempermudah
pengajaran Agama islam dalam menetapkan dan menanamkan ideologi yang mantap
hingga tidak hilang kepercayaan murid terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam
Al-Quran.
5.
Memperjelas materi keagamaan bagi murid baik yang
bersifat logika maupun yang estetika sehingga pengetahuan murid dapat terbentuk
di dalam satu pemahaman yang sama dan tidak menyimpang dari pokok dasarnya
(Alquran dan Sunnah)
Senada
dengan di atas, oleh Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibaniy menjelaskan, bahwa
kegunaan metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menolong
siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilamberfikir yang logis dan sistematis.
2. Membiasakan
pelajar berfikir sehat, rajin, sabar dan teliti dalam menuntut ilmu
3. Memudahkan
pencapaian tujuan proses belajar mengajar (PBM) sebagaimana yang telah
ditentukan sebelumnya.
4.
Untuk
menciptakan suasana proses belajar mengajar (PBM) . yang kondusif, komunikatif
dan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dengan anak didik, sehingga
pada akhirnya bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan.[12]
KESIMPULAN
Metodologi
pengajaran agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan
pelajaran agama Islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Menurut Abu Ahmadi,
dalam bukunya “Didaktik dan Metodik” mengatakan, bahwa ruang lingkup Pendidikan
Islam pada dasarnya mengacu kepada lima hal yaitu, perencanaan, bahan
pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi.
Metodologi Pendidikan Islam memiliki nilai manfaat
bagi setiap guru atau pendidik yang bergelut di dunia pendidikan. Ini
diperlukan agar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) tidak menjadi
sia-sia. Namun untuk lebih jelasnya berikut ini akan dikemukakan beberapa
manfaat dari pemakaian metodologi pendidikan Islam, yaitu:
·
Sebagai alat
yang diperlukan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya pula.
·
Untuk mengetahui
sifat dan ciri khusus dari macam-macam mata pelajaran, hakikat anak didik, dan
lain-lain.
·
Sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan pilihan metode mengajar.
·
Mempermudah
pengajaran Agama islam dalam menetapkan dan menanamkan ideologi yang mantap
hingga tidak hilang kepercayaan murid terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam
Al-Quran.
·
Memperjelas materi keagamaan bagi murid baik yang
bersifat logika maupun yang estetika sehingga pengetahuan murid dapat terbentuk
di dalam satu pemahaman yang sama dan tidak menyimpang dari pokok dasarnya
(Alquran dan Sunnah)
[1]
Dzakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,
2011). h. 1
[2] Mukhlis, Pengantar Metodologi Studi Islam, ( Mataram : Lembaga
Pengkajian-Publikasi Islam & Masyarakat (LEPPIM) IAIN Mataram, 2015). h. 2
[3]
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011). h. 9
[4]
Rendra Khaldun, Metodologi Studi Islam, (Mataram
: IAIN Mataram, 2016). h. 12-13
[5] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2012),
h. 2
[6] Ibid, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 1
[7]
Zakiah Dradjat, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001 ). h. 61-62
[8]
Basyiruddin Usman, Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002 ). h. 4
[9]
Murni Djamal,dkk, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam,1984) h. 47
[10]
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002). h.89-93
[11]
Muhammad Abdul Kadir Ahmad, Metodologi
Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1984) h. 251
[12] Ibid,
Pengantar Ilmu Dan Metodologi
Pendidikan Islam, h. 95-97
mantap
BalasHapus